Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Ternyata Manggis Enak, Bunda

13 September 2024   20:32 Diperbarui: 13 September 2024   20:33 104 1
Oleh: Enzia Liyana Faiqa

"Sudah kubilang aku tidak suka dengan buah menjijikan itu!".

Ujarku dengan tatapan sinis kepada kedua temanku  yang memaksaku untuk memakan manggis.

Aku selalu menghindari buah manggis karena menganggap kulitnya yang tebal dan berserat serta dagingnya putih tidak menggunggah selera. Bagiku buah manggis hanya buah aneh dan tidak pernah menarik minatku.

Suatu hari aku dan keluargaku merencanakan makan bersama di rumah nenek. Pada malam itu ada banyak sekali makanan dihidangkan. Suasananya hangat penuh keceriaan. Semua tampak menikmati hidangannya.

Ada rendang, ayam gulai, gulai toco, samba lado, dan sayur. Dan tidak lupa makanan penutup agar-agar dan buah-buahan.

Terdapat manggis dihidangkan dipiring. Aku sangat tidak berselera melihatnya. Saat bundaku mengupas buah itu aku geli melihat tekstur dari buah tersebut.

Bundaku sangat menikmatinya. Melihatku memandanginya ia mengangkat alisnya dan menawarkan buah manggis kepadaku. Aku menolaknya dengan wajah yang menyeringis.

Keesokan harinya aku mengikuti bundaku ke pasar untuk belanja mingguan. Bundaku membeli makanan pokok dan buah-buahan. Terdapat buah pepaya, pir, semangka, dan buah manggis.

Setelah selesai memasak kami pun makan bersama diruang makan. Dengan diakhiri makan buah-buahan. Aku bertanya kepada bunda.

"Bunda, kenapa bunda beli buah manggis?".

"Manggis ini manis dan lezat sekali".

Ujar bundaku.

Aku pun mengkerutkan kening dan berpikir darimana datang kelezatan buah manggis ini? bentuknya saja sudah seperti itu apa benar itu lezat?. Karena melihat diriku kebingungan bundaku tertawa sambil menawarkan buah manggis dan berucap.

"jangan dipikirkan cobalah pasti ketagihan".

aku menolaknya.

Melihat adikku lahap memakan buah manggis aku pun semakin penasaran apakah benar manggis ini lezat?. Adikku mengejekku karena tidak berani makan manggis.

"Dasar kakak lemah, kalo marah kayak singa giliran makan manggis hilang khodam singanya".

Dia mengatakannya sambil menjulurkan lidahnya kepadaku.

"Apasih mau kakak pukul yaa??!!!".

Aku mengatakannya sambil mengambil ancang-ancang untuk memukulnya.

Lalu bunda melerai kami yang sedang adu mulut bagaikan anjing dan kucing.

"Sudah sudah kalian ini saudara masak bertengkar cuma gara-gara masalah sepele. Tidak baik loh".

Lalu bunda menjelaskan kepadaku dengan tatapannya yang lembut dan suaranya bagaikan nyanyian tidur.

"Enji buah manggis ini banyak khasiatnya lohh..
Kulitnya saja sudah memiliki banyak khasiat seperti vitamin C, magnesium dan berbagai manfaat lainnya".

"Wah iya bunda? banyak sekali khasiatnya bunda. Bagaimana dengan buahnya yang menjijikan itu?"

Ujar ku sambil tertawa kecil.

Bundaku menjawab dengan nada sedikit kecewa.

"Astaghfirullah sayang kamu ga boleh gitu. Tidak baik loh!".

Karna mendengar nada bicara bundaku berbeda aku pun mengatakan bahwa aku hanya bercanda.

Bundaku melanjutkan pembicaraan tentang khasiat buah manggis. Ternyata daging manggis juga memiliki khasiat mengobati keputihan, diare, radang amandel, wasir, borok, peluruh dahak, dan sakit gigi.

Aku pun terdiam dengan mata besar.

"Wah manggis ini bak superhero ya bunda!".

"Tentu saja makanya bunda beli buah manggis di pasar tadi".

Ujar bundaku sambil menaikan pundaknya.

Lalu datang ayahku menyerobot pembicaraan kami.

"Nah sekarang coba enji makan buah manggisnya biar ayah bukain buahnya".

Ayah, bunda, dan adikku menyemangatiku agar aku memakannya. Dengan penuh semangat mereka kompak mengatakan.

"Ayo, ayo, ayo, enji pasti bisa. Manggis ini akan bahagia jika enji memakannya!".

Ayahku menyodorkan tangannya yang berisi buah manggis yang sudah terkupas dengan tatapan hangat. Karna mendengar khasiatnya tadi hatiku tergerak untuk memakannya. Dengan ragu-ragu aku mengambilnya. Perlahan-lahan aku memasukkan ke dalam mulutku. Setelah masuk ke dalam mulutku dan WALAAAA.... ternyata memang lezat. Rasa manis itu membuat diriku ketagihan memakannya. Rasanya aku melayang-layang di awan manggis. Dan akhirnya aku menyukai manggis. Sekarang buah manggis adalah buah favoritku.

Karena berani memakan manggis ini aku teringat dengan kisahku dulu waktu di bangku SD kelas V. Aku menceritakannya kepada ayahku. Bahwa aku mempunyai dua orang teman perempuan bernama Lilly dan Fiqa.

"Ayah waktu itu kan Enji, Lilly, dan Fiqa makan bersama. Kami janjian bawa mie goreng. Terus Lilly bawa buah manggis untuk dimakan bersama".

"Wah itu teman kamu dulu yang sering kamu ceritakan itu ya? ayah masi ingat. Lalu bagaimana dengan kelanjutannya?"

Tanya ayahku dengan penuh penasaran.

Aku melanjutkan ceritaku.

"Nah bekal kami kan udah habis kan yah jadi Lilly ini lanjut makan manggis dia tawarin ke Fiqa dulu abis tu baru ke aku. Tapi aku tolak, kalo Fiqa dia terima. Fiqa nanya ke aku gini"

"Serius kamu gamau? nanti aku ambil lo jatahmu"

"Yaudah ambil aja aku gamau juga"

Kataku sambil menutup kotak bekal.

"Habis itu kan yah Fiqa ini maksa aku buat makan buah manggis, dia ada niat jahat kan, Fiqa ini nyuruh Lilly buat pegang kepala aku habis itu dia suapin manggisnya ke mulut aku".

"Oh iya? kenapa teman kamu begitu enji?.

Tanya ayahku sambil mengkerutkan kening.

"Enji tau dia bercanda tapi bercandanya keterlaluan. Enji langsung tampar tangannya abis itu enji marah dan ninggalin mereka berdua".

Ayahku semakin penasaran.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya anakku?".

Mereka mengejarku dengan tatapan cemas karena melihat wajahku yang merah karena amarah. Dengan nafas terengah-engah mereka menahanku dan meminta maaf padaku.

"Enji tunggu!. Kami mau minta maaf niat kami hanya bercanda kami tidak tau kalo kamu sangat tidak suka dengan buah manggis itu. Maafkan kami."

Aku pun menjawabannya dengan nada sedikit kesal.

"Aku sangat kesal dengan kalian. Untuk kali ini aku maafkan besok jangan ulangi lagi aku sangat tidak suka".

Aku memaafkan mereka dan kami kembali bermain bertiga lagi. Setelah itu dia tidak pernah mengangguku dengan buah manggis.

"Begitulah ceritanya ayah hehe. Kalo diingat aku jadi rindu mereka".

"Hahaha lucu sekali pengalaman kamu terhadap buah manggis".

Ujar ayahku.

Selesailah waktu yang panjang di meja makan. Terdengr adzan berkumandang kami pun pergi untuk sholat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun