-Negeri 5 Menara-
Kisah Alif sangat inspiratif. Seorang bocah yang lahir di pelosok bumi Sumatera Barat yang menghadapi dilema memilih arah, dan jika tahu akhir pilihannya mengantarkan Alif menjadi luar biasa sekaligus kisah yang mengharu biru, mungkin Alif tidak perlu berdebat dengan Amaknya yang mencita-citakan Alif menjadi pemuka agama yang shalih, dia tidak perlu mogok makan dan mengurung diri di kamar, dan dia tidak perlu dengki pada teman sekaligus pesaing nomor wahidnya, Randal, yang bisa masuk SMA Negeri seperti impiannya dan tidak perlu Etek Gindo harus mengirim surat khusus kepadanya sehingga membuat kemarahan Alif yang menggebu pada sang Amak menghilang. Tidak perlu Alif melakukan semua itu.
Pengalaman adalah Guru yang paling baik. Benar dan tidaknya pepatah itu, kembali pada kita sang pemegang nasib untuk mengaturnya. Alif mampu memilih Pondok Madani sebagai tempat belajar kehidupan, tidak sekedar sekolah. Justru belajar layaknya sekolah harus dia perjuangkan mati-matian saat kelulusan di Pondok Madani, sedang harapannya masuk Universitas mengharuskan dia menadah ilmu ke Randal, mengajarinya pelajaran SMA! Dan Man Jadda Wa Jadda,,Man Shabara Zhafiira..Allah Yang Esa tahu jalan yang terbaik untuk hambaNya yang sudah berjuang keras dan pantang menyerah. Perasaan iri, takut, sedih ditinggalkan Ayah tercinta pergi, keterbatasan biaya, harga diri, semua berproses menjadi rasa ikhlas, tidak kenal putus asa, dan mengharu biru.
Sepenggal kisah Alief bisa menjadi inspirasi bagi pemuda Indonesia. Belajar berjuang di kondisi ketidaknyamanan dan berjuang habis-habisan untuk menorehkan prestasi. Perubahan yang bisa dilakukan Alief hingga menjadi jurnalis level internasional bukan sembarang kisah yang ujug-ujug terjadi. Semua yang dialami oleh Alief dan teman-temannya bukan kisah yang hanya terjadi pada malaikat, tetapi manusia biasa -kita- bisa saja mengalaminya:
-Ketika kesusahan uang dan makan seadanya, Alief juga mengalami perasaan lapar yang menyiksa, sama saja dengan lapar yang dialami manusia biasa.
-Kesulitan menggunakan bahasa Arab hingga suatu pagi Alief secara otomatis bisa mengucapkan “Maaziltu an’as kak, ayyatu saa’atin haaza?” yang artinya masih ngantuk banget, jam berapa sih? Awal dari suksesnya Alief memecahkan tantangan terbesar murid Pondok Madani: menggunakan bahasa resmi Arab dan Inggris tanpa kecuali.
-Dihukum oleh Tyson karena tidak mematuhi lonceng jama’ah dan kemuadian menjadi mata-mata. Akhirnya dia bisa menjadi lebih disiplin dengan adanya hukuman itu.
-Persahabatan, persaingan, saling support,,dan bumbu di Pondok Madani, adalah hal biasa yang bisa dialami oleh seluruh pemuda Indonesia.
Jika semua hal yang dialami Alief bisa terjadi pada manusiaa biasa seperti kita, kenapa hasilnya berbeda? Judul ini mewakili kesimpulan yang saya dapatkan setelah membaca novel Negeri 5 Menara: Ada banyak jalan jika mau berusaha, ada seribu alasan untuk mereka yang malas mencoba.
Bagaimana jika Alief kemudian memberontak dari amanah Amaknya? Bagaimana jika Alief menyerah dengan keadaan yang sangat sulit di Pondok Madani? Bagaimana jika Alief tidak meruntuhkan ego-nya dan meminta Randal mengajarinya pelajaran SMA agar dia bisa masuk HI Unpad? Buku yang inspiratif ini, Negeri 5 Menara, tidak akan lahir dan tidak akan menjadi film yang membuat kita terhentak. Man jadda wa jadda,,.Dalam pilihan yang sulit, Alief mampu memecahkan zona nyaman dan berjuang keras mendapatkan cita-citanya. Inspiratif-semoga memotivasi seluruh pemuda Indonesia untuk semakin giat belajar dan berusaha, menciptakan peluang, dan mengembangkan diri di tengah keterbatasan,,tidak selalu segala hal harus dipenuhi oleh Pemerintah dan Negara (sekalipun bukan berarti Negara lepas tangan), saatnya kesempatan itu diciptakan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah akal dan pikiran yang ada pada kita, manusia.
Semoga kita bisa menjadi Alief yang menggebrak zona zaman dan mengukir perubahan