Lunglai tubuhku, airmata belumlah kering, masih terbayang wajah perih Ibuk yang tak kuasa mencegah kepergianku. Mereka merebutku dari pelukan Ibuk.
Aku sedang membantu Ibuk meniup-niup tungku, agar api tetap menyala stabil supaya rebusan jenang dikuali besar ini matang dengan sempurna. Ibuk biasa membuat panganan jenang menjelang lebaran tiba untuk dibagikan kepada kerabat dan tetangga.
Ketika tiba-tiba serombongan laki-laki menerobos masuk rumah. Mereka berperawakan kekar, bermata sipit dan sangat kasar. Salah seorang laki-laki kekar itu menarik lenganku dengan paksa. Tatapan matanya seolah melahap seluruh tubuhku.
Tubuhku berguncang kuat, aku menggigil ketakutan.
"Buuuk... tolooong"
"Jangan tuan.. lepaskan anak saya"
Tangan kekar itu terus saja menarik lenganku, tak peduli aku berteriak kesakitanku. Duh gusti Allah... seandainyapun mas Tegar ada disini, sanggupkan dia menghalau mereka untuk tidak membawaku?