Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia merupakan bonus demografi yang bagaikan dua sisi mata koin, ada untung dan ruginya. Bila banyak penduduk lansia masih bisa produktif, hal ini akan menjadi keuntungan bagi negara, baik karena SDM yang masih memenuhi syarat dan penduduk lansia tersebut tidak akan menjadi beban karena masih bisa mandiri. Cerita akan menjadi berbeda bila kebanyakan penduduk lansia yang ada hanya bisa berbaring dan sakit-sakitan. Hal ini hanya akan menjadi beban. Jika seperti ini beban yang akan ditanggung penduduk usia produktif akan semakin besar, belum lagi jika mereka memiliki anak-anak yang juga masih belum memasuki usia produktif.
Hal ini bisa diantisipasi oleh diri sendiri maupun oleh pemerintah. Drg. Kartini pada acara Workshop Pelayanan Kesehatan Menuju Lansia Sejahtera di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Selatan, dari diri sendiri bisa dimulai dengan menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan sehat, tidak merokok agar tak kena radang paru-paru, mengurangi makanan lemak dan manis jika tak ingin nantinya dimasa lansia memiliki penyakit jantung, stroke dan diabetes.
Menurut Fasli Jalal untuk masalah seperti ini pemerintah bisa mengatasinya dengan menjamin kesehatan lansia melalui kepesertaan BPJS Kesehatan kelompok penerima bantuan iur(PBI). Pemerintah juga bisa membangun kota ramah lansia. Kota dengan spesifikasi demikian harus disiapkan sejak sekarang mengingat membangun fasilitas, sarana dan prasarana membutuhkan jangka waktu yang lama.
Adapun standar kota ramah lansia menurut WHO antara lain memiliki gedung ruang terbuka hijau yang bisa diakses lansia, menyediakan bangku prioritas pada angkutan umum, adatangga khusus pada perumahan, penyediaan ruang publik untuk berkumpulnya lansia, partisipasi sipil dan perkerjaan dan adanya komunikasi dan informasi.