Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menghidupi Hidup

22 Maret 2011   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:34 155 0
Ada orang yang berfikir, hidup adalah : lahir, sekolah, bekerja, dapat modal, jadi pengusaha, punya keluarga, membesarkan anak cucu, dan mati. Ada juga yang berfikir, hidup adalah : hidup sampai mati sesuai tuntunan Tuhan. Sementara penyair Chairil Anwar menulis : Sekali berarti, sudah itu mati. Hidup dianggap selesai ketika mati.

Paulo Coelho menuliskan cerita tentang Beethoven yang melawan para kritikus musiknya (yang dianggap terlalu keras pada saat itu) dengan mengatakan bahwa dia menciptakan musik-musik seperti itu agar dia dikenang bahkan setelah dia mati. Dan menurut Paulo Coelho, saat ini, di saat 100 tahun kematian Beethoven, di Brasil dituliskan pandangan kritikus musik tentang karya-karya Beethoven yang dianggap terlalu keras di jamannya. Artinya, kematian tidak menghentikan buah dari apa yang pernah kita perbuat selama hidup kita.

Kenyataan ini menyadarkan saya bahwa hidup bukanlah sekedar saja. Hidup harus bisa memberi arti yang bahkan bisa dinikmati nanti setelah saya meninggal kelak. Jadi saat kita masih hidup inilah saat untuk menghidupi hidup kita ini. Bagaimana menghidupi hidup kita?

1. Segera tentukan keberadaan Anda di dalam kehidupan ini. Dalam istilah marketing ada yang namanya Positioning. Kristus Yesus mengajarkan pada saya positioning pengikutnya dalam kehidupan ini adalah : Terang Dunia, Garam Dunia. Terang dunia artinya keberadaan saya dalam lingkungan di mana pun saya berada harus bisa memberikan inspirasi, pencerahan, rasa aman, rasa damai. Sedangkan Garam dunia berarti saya harus bisa membawa perubahan yang positif seperti garam dalam masakan.

2. Segera tentukan tujuan hidup Anda. Tujuan hidup saya sebagai pengikut Kristus jelas yaitu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukan berbicara tentang hidup setelah mati dan sorga saja, karena Kristus Yesus pernah berkata kepada orang-orang yang berada di sekitarnya : Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah." Bahkan tentang Kerajaan Allah, Kristus Yesus mengatakan "Cari dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka lainnya akan ditambahkan." Artinya berbicara tentang Kerajaan Allah bukan soal hal yang nanti terjadi, tetapi sudah terjadi dan akan terus terjadi. Apakah itu? Yaitu hidup dengan menjadi Allah sebagai Raja dan kita hidup seturut aturanNya.

3. Setelah tahu siapa diri kita dan apa tujuan hidup kita, maka yang tinggal dilakukan adalah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Inilah pentingnya hal yang ditinggalkan oleh Kristus Yesus buat pengikutnya yaitu Damai Sejahtera. Bicara soal damai sejahtera bukanlah soal materi, jabatan, kekayaan, tetapi soal sikap hati. Damai sejahtera (yang pasti bukan sebuah partai politik) adalah keadaan di mana keyakinan yang teguh bahwa Allah telah berjanji bahwa tidak akan pernah meninggalkan kita, tidak akan membiarkan kita jatuh tergeletak, bahkan menyertai kita hingga ke dalam lembah kekelaman sekalipun. Dalam sebuah perumpamaan pun dikatakan walau seribu rebah di sisi kanan kita dan sepuluh ribu di sisi kiri kita, kita tidak akan bisa goyah karena Allah. Inilah keyakinan dan iman yang menimbulkan adanya damai sejahtera di dalam kehidupan kita.

Jika damai sejahtera itu ada, segala masalah dalam kehidupan kita akan terasa sangat ringan. Pun ketika tiba-tiba datang ada orang minta tolong sementara kita sendiri dalam kesulitan maka kita pun akan dengan sepenuh sadar membantu orang itu semampu kita tanpa peduli seperti apa kondisi kita sendiri, karena kita yakin Tuhan Allah pasti menolong kita.

Berpegang pada damai sejahtera membuat kita pada akhirnya bisa berbuat lebih banyak dan lebih besar dalam hidup kita.

Mari menghidupi hidup kita!

Salam Damai,

Dedy Tri Riyadi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun