"Maukah kau menyeduhkan kopi beraroma senja buatku di sepanjang sore?"
Aku tergugu malu, aku gigit sunyi yang marayap di telapak kaki dan tanganku.
Ada getar berdebar di setiap nadi-nadiku
Ada cinta yang mulai bercerita pada setiap relungku
Kau katakan lagi pada keraguan diamku,
"Maukah kau menemaniku menghitung suka dan menjadi kepastian terbaik pada setiap raguku?"
Kembali jantungku berhenti bergemuruh, berpendar cahaya mendamaikan kalbuku, mengisi seluruh ruang kosong renjanaku.
Aku merasakan ada denyut nadimu yang menyelami lautan rasaku, aku benar-benar tenggelam dalam kaspia cintamu, dan kubiarkan mengaram.
Tiba-tiba, aku kehilangan seluruh diksiku, sungguh aku tak mampu lagi menggemakan bisik pada lanskap hatimu.
Kau mendekat, kau tatap sendu bola mataku yang tak kuasa mengerjap, kau bisikkan lagi dengan lembut di telingaku,
"Maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku?"
Aku benar-benar merasa menjadi putri pada setiap mimpi, saat melihat dua lelaki yang kau titipkan di rahimku ini merebahkan lelah, melempar resah, lalu mendekap tenang pada seluruh kenang.
Hari ini, pada senja di bulan November, telah kuberi janji pada semua pintamu.
1 November 2020
Enik Rusmiati
Terima kasih uda Zaldy Chan, atas inspirasinya