Serangan tersebut oleh sebagian pengamat dapat dipahami bahwa Iran memang telah habis kesabarannya lantaran serangan yang telah dilakukan Israel secara bertubi-tubi. Pertema serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus pada 1 April lalu yang menewaskan delapan pasukan Garda Revolusi Iran, kemudian serangan di Teheran yang menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh akhir Juli (31/07), serta serangan di Beirut yang menewaskan Hassan Nasrallah Sekjen ketiga Hizbullah Lebanon, kepanjangan tangan Iran di Lebanon pada akhir September (27/09).
Atas serangan tersebut, Netanyahu mengatakan bahwa Iran akan mendapatkan konsekuensi balasan dari Israel dalam waktu segera. Namun hingga saat ini, Israel tidak, atau belum merespons apapun. Pengamat menilai hal tersebut karena AS yang menjadi supporter terbesar Israel belum secara konkret merestui serangan balik Israel. Meskipun Biden telah menjanjikan dukungan sepenuhnya bagi Israel, namun ia belum menjabarkan langkah konkret apa yang akan diambilnya.
Dalam konteks geopolitik global, kita memahami bahwa AS akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Biden tentunya lebih paham bahwa sekecil apapun keputusan AS terhadap perang Iran-Israel tentu dapat menimbulkan peningkatan eskalasi konfllik yang pada ujung-ujungnya, dan dalam waktu yang tidak lama, akan memukul balik stabilitas perekonomian AS, apalagi saat ini AS tengah bersiap-siap mengadakan Pilpres pada awal November mendatang.