Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Etika dalam Mengirimkan Undangan Hajatan

7 Oktober 2012   04:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:09 1132 2
Seperti halnya adat kebiasaan yang berlangsung turun temurun sejak jaman dahulu, mengirimkan undangan pernikahan kepada tetangga sekitar adalah sebuah kelaziman. Kebiasaan yang bersumber dari rasa gotong royong ini menjadi ajang silaturahmi yang efektif, terlebih di jaman sekarang dimana kesibukan sehari hari nyaris membuat mereka jarang bersosialisasi dengan tetangga.

Sejak dahulu, orang Jawa mempunyai kebiasaan untuk menghitung hari baik untuk menyelenggarakan hajatan. Menjelang hari Iedul Qurban, atau bulan Besar dalam kalender Jawa  adalah bulan favorit untuk mengadakan hajatan, baik itu pernikahan, atau sunatan.

Sewaktu masih kecil dulu, ibu sering memberitahu beberapa etika dalam mengirimkan undangan, diantaranya yang masih saya ingat :

1. pastikan bila penulisan nama dan alamat benar, termasuk gelar. Kita bisa menanyakan kepada orang orang     terdekat yang mengenal si penerima undangan dengan baik.

2. pastikan bahwa kita mengenal dekat orang orang yang kita undang. Kita bisa membuat prioritas dalam menentukan siapa yang diundang seperti tetangga terdekat, teman dekat, kenalan yang sering berinteraksi, teman kerja/kantor, disamping kerabat pengundang.

3. sesuaikan jumlah undangan dengan anggaran yang kita punya. Jangan sampai undangan yang dikirim tidak sebanding dengan hidangan yang disiapkan agar tak membuat malu di kemudian hari. Kebiasaan yang sudah sudah, kurangnya hidangan saat hajatan akan menjadi bahan gunjingan yang tak ada habisnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun