Sang kepala negara dan rombongan sudah berada di bandara. Bahkan para wartawan yang sedianya meliput dari dekat kunjungan itu, sudah lebih dulu naik ke pesawat. Mereka bahkan bertanya-tanya, kok pesawat ini ndak berangkat-berangkat ya? Hampir dua jam kemudian, menurut laporan berita, barulah ada kejelasan.
Lawatan ke Negeri Kincir Angin justru dibatalkan menjelang detik-detik akhir keberangkatan. Luar biasa! Selama ini, publik hanya tahu batalnya kunjungan kenegaraan telah dilakukan jauh-jauh hari. Dan, alasan pembatalan di detik-detik akhir ini, mau tak mau, mampu menyulut rasa nasionalisme yang selama ini "maneketehek" terutama buat kalangan muda.
Presiden, menurut sumber resmi yang dilansir media, menghindari kabar yang tak mengenakkan jika memaksa tetap berangkat ke negeri orang. Menurut info yang berkembang, gerakan sparatis yang sudah lama membangun pemerintahan pengasingan di negeri Tulip, telah menyiapkan penyambutan yang pasti akan "mengesankan".
Lho? Betapa tidak, konon jika presiden nekad berangkat, Pengadilan Internasional di Deen Hag siap menangkap pria berkantungmata tebal itu. Dan ini pertunjukan yang sangat diimpikan separatisme Republik Maluku Selatan yang telah lama mengimpikan momen ini. Mereka telah menyiapkan penyambutan alat mereka sendiri, dengan menyodorkan tuduhan ke pengadilan, bahwa Presiden RI bertanggungjawab terhadap kejahatan kemanusiaan blablabla...
Menurut catatan sejarah, pada era 1970-an, RMS berhasil mempermalukan Presiden Soeharto dengan demonstrasi di sana saat presiden kedua itu menjalankan kunjungan kenegaraan ke negeri yang sama. Meskipun, nasib Pak Harto tak sampai harus diadili di sana, dan bisa pulang kampung dengan senyum khasnya.
Kali ini, okelah, izinkan saya sependapat dengan Anda, Pak Presiden. Anda memang lebih baik balik kanan saja, sambil mengerjakan PR yang nyaris Anda tinggalkan sementara waktu. Biarlah sang negeri penghasil keju menyusun alasan, mengapa mereka tak bisa menjamin keselamatan seorang pejabat negara saat berkunjung ke kampung halamannya. Biar mereka belajar menjadi tuan rumah yang baik dululah.