Berkaca dari kebutuhan ini, sementara masih ada 2 adiknya lagi yang sekolah di sekolah yang sama maka suatu hari saya buat proyeksi kebutuhan dana pendidikan bagi ke 3 anak saya. Dengan komposisi sulung 12 tahun, 8 tahun dan 6 tahun, dan asumsi saya dan ayahnya sehat, berumur panjang, maka diperoleh angka-angka tahun dimana kebutuhan biaya akan lebih tinggi untuk keperluan sekolah. Tahun tersebut : 2013 (masuk SMA dan SMP), 2015 (masuk SMP), 2016 (Universitas dan SMA), 2018 (masuk SMA), 2019 (masuk Universitas), dan 2021(masuk Universitas). Fuiih...ternyata perjalanan masih panjang.
Bagaimanapun harus ada cara untuk dapat mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak, tentunya dengan cara yang halal dan berkah, supaya hasilnya dapat menelurkan generasi yang menjadi rahmat alam.
Ada beberapa cara sih yang dapat dijalankan :
- Setiap penghasilan yang diterima dipotong dulu untuk tabungan pendidikan. Jadi bukan dari sisa penghasilan. Zaman seperti ini rasanya agak sulit mengharapkan sisa penghasilan yang aman. Biasanya begitu ada sisa akan disambar oleh kebutuhan yang timbul mendadak.
- Apabila ada penghasilan yang berlebih diluar penghasilan rutin, misalnya bonus, ada baiknya dibelikan emas batangan. Kenapa? Karena nilai emas cenderung naik, seiring dengan waktu, nilai uang terkikis inflasi, namun nilai emas tidak terlalu terpengaruh. Itu sebabnya ibu atau nenek kita menabung dalam bentuk emas, nilainya tidak turun dan saat dibutuhkan emas sangat cepat dijual. Apalagi sekarang ada produk iB gadai emas.
- Pastinya berupaya hidup lebih hemat, dengan mengurangi pengeluaran tersier atau sekunder. Misalnya dengan mengganti acara makan diluar dengan masak bersama. Mengganti rekreasi ke mall dengan bersepeda bersama, atau olahraga bersama di pagi hari.
- Setiap kali baca iklan diskon yang bombastis, nah tanya dulu pada diri sendiri, apakah membeli barang tersebut suatu kebutuhan atau suatu keinginan? Kadang-kadang kita menginginkan sesuatu yang belum kita butuhkan.