Menikmati awal tahun baru 2011, kami sekeluarga mengunjungi sebuah pulau tak berpenghuni di sekitar perairan kota Bontang Propinsi Kalimantan Timur. Pulau ini cukup terkenal dikalangan para fotografer lokal karena panoramanya yang menawan. Pasir putih, laut biru dan pantai yang tidak berombak menjadikan tempat ini sebagai tempat favorit bagi anak-anak yang ingin berenang. Dari info yang saya dengar dari teman-teman inilah menggelitik rasa penasaran saya untuk membuktikan sendiri. Berangkat pada tanggal 1 Januari 2011, saya bersama-sama keluarga dan teman-teman sekerja berangkat jam 9 pagi dari Sangatta. Pada awal perjalanan, kondisi jalan masih cukup bagus tetapi setelah 15 menit pertama mulai terlihat kondisi jalan yang cukup parah. Lubang-lubang besar menganga, jalan patah dan longsor adalah gambar yang terlihat jelas sepanjang Sangatta - Bontang. Cukup mengejutkan memang karena setahun sebelumnya jalan ini baru saja diperbaiki tetapi memang kondisi jalan hampir di semua daerah Propinsi Kaltim tidak layak. Untungnya Farrell dan Feldy menikmati saja perjalanan. Bagi Farrell perjalanan ini adalah hal yang sangat dinanti-nantikannya. Betapa tidak, ini adalah kali pertama Ia mencoba naik kapal laut. Tiba di Bontang, perut saya dan anak-anak sudah berteriak-teriak untuk diisi. Kami pun mampir di salah satu rumah ayam goreng dari negeri paman Sam. Maklum di kota kecil kami Sangatta, franchise ayam goreng ini tidak ada. Sedangkan anak-anak saya sudah terpengaruh dengan iklan yang menyatakan betapa crispynya ayam goreng ini...:) Malam harinya, saya berwisata kuliner bersama teman-teman satu fakultas yang kebetulan bekerja di Bontang. Reuni kecil ini berisi berbagai macam obrolan ringan antar sesama teman. Menyenangkan sekali rasanya. Lelah dengan seluruh aktifitas hari itu, saya pun tidur dengan nyenyak di kamar hotel. Dengan harapan besaok pagi matahari bersinar cerah. Diiringi semangat menyambut pagi, anak-anak pun dengan antusias bersiap diri. Rombongan yang berjumlah hampir 20 orang termasuk anak-anak berangkat menuju pelabuhan Tanjung Laut. Waktu kami tiba, perahu yang kami sewa masih berada dilautan karena disewa untuk menangkap ikan di malam hari. Tidak kurang 15 menit kemudian, kapal pun tiba. Kami langsung mengangkut semua barang-barang untuk keperluan di pulau ke dalam kapal. Bau anyir yang berasal dari ikan tidak membuat saya dan anak-anak merasa terganggu karena mata sudah asyik melihat-lihat pemandangan saat kapal berjalan. Ada patung Singa yang persis seperti patung Singa di negara tetangga Singapura. Lalu ada lampu-lampu mercusuar yang berdiri di berbagai tempat agar kapal tidak kandas di tempat-tempat dangkal. Mercusuarnya cukup unik, berupa bangunan prisma menara kayu dengan lampu-lampu besar di atasnya. 30 menit kemudian sampailah kami di pulau beras basah. Saat itu tempat ini sudah ramai dengan anak-anak dan orang dewasa yang sebagian besar berenang di pantainya yang berpasir putih. Saya langsung terpikat dan tidak sabar untuk ikut menikmati air laut yang jernih. Farrell dan Feldy langsung berganti baju dan berlarian menuju pinggir pantai. Tidak mau ketinggalan, teman-teman saya pun ikut menceburkan diri menikmati air laut termasuk saya. Benar-benar asyik, memandang langit biru sambil mengapung. Tanpa terasa saya memejamkan mata, hati saya terasa damai dan ringan. Tak peduli kulit hitam akibat terbakar matahari saya terus menikmati keindahan pantai ini. Tidak ada bosannya hingga saya pun setengah memaksa anak-anak untuk mendarat karena sudah hampir dua jam berenang. Puas berenang, kami menikmati ikan bakar baronang yang terkenal lezat. Rasa lapar yang menyerang setelah lelah bermain air membuat hidangan yang ada lenyap dengan sekejap. Benar-benar pengalaman yang menyenagkan. Farrell pun meminta liburan kembali ke Pulau Beras Basah di waktu yang lain. Ternyata banyak daerah di Indonesia yang menarik untuk dikunjungi, tunggu kami diliburan yang akan datang ya...!
KEMBALI KE ARTIKEL