Ketika kau datang di ruang hati
Kau penuhi setiap kekosongan dengan semerbak mewangi
Kaupun melukis bentuk keindahan rasa di dindingnya
Kesadaranku terengkuh luluh menatap ilustrasi yang kau buat
Walau di kedalaman hati ada yang tak berkenan dalam alunan keseharianmu
Namun semuanya seolah terbungkus selimut damaimu
Ah……..
Kuberusaha menelusup kisi-kisi kasat mata
Menerobos hasrat yang tak mewakili jiwa
Mengurai niat-niat yg tak seharusnya
Nyai ……..
Entah apa yang ada di dirimu hingga begitu kuat mempesona rasa
Saat kucoba menatap lukisan ucapmu
Jantungku berdegup lemas
Gemetar laksana malam pertama berjumpa
Padahal hanya sebuah sapaan salam biasa
Nyai ……..
Setiap kau menekan kalimat untukku
Kharismanya telah melambungkan sejuta emosi
Merenyahkan ketakmungkinan menjadi sebuah janji
Ah………
Sulit menerka dari mana benih itu lahir
Yang kurasa…….
Matamu telah menghantarkan energi kerinduan
Menggetarkan sendi-sendi asa yang hilang
Membawa gelora keindahan cakrawala
Membelai damai qalbu
Menyejukkan mata diterik kerontang
Seolah aku ada dalam pelukan lembutmu
Nyai……….
Maafkan ….
Aku tak ingin lukisanmu jadi tak bermakna
Walau ku tahu hasrat kita ada dalam frekwensi yang sama
Nyai ……
Seribu kata ingin kususun untuk sebuah asa
Membangun Kerajaan Cinta di Negeri Awan
Ah…….
Maafkan Nyai…….
.
.
“Negeri Seribu Cinta”