Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Artikel Utama

Fungsi Orangtua Diabaikan, Dimana Peran Agama

20 Mei 2015   16:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 111 2
Di zaman sekarang semakin banyak orangtua yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik.  Anak hanya dianggap sebagai suatu kepemilikan, tak ubahnya sebagai benda mati yang bisa diperlakukan sesuka hati. Entah sudah berapa kasus dimana orangtua melakukan kekerasan terhadap anak. Selain kasus Utomo, ada pula kasus dimana seorang ayah tega membunuh empat anaknya yang balita dan memerkosa putrinya sendiri.

Sungguh suatu ironi semua hal ini terjadi. Indonesia dikenal dengan negara yang beragama. Sebagian besar menganut Islam yang mengajarkan betapa pentingnya pengasuhan orangtua terhadap anak. Begitu pula agama-agama yang lain,  memberikan pelajaran yang baik soal orangtua dan anak-anaknya. Lantas dimana salahnya? mengapa ajaran agama seakan tidak berbekas dalam kehidupan sehari-hari.

Terjadi distorsi terhadap pengertian soal agama. Betapa pandangan agama dibuat menjadi picik dan sempit. Kita melihat bahwa yang terjadi sekarang ini agama menjadi jalan untuk radikalisme dan fanatisme yang membabi buta. Selain itu, agama hanya menjadi dogma. Padahal agama pada dasarnya untuk menjaga keharmonisan di alam semesta. Kesalahan pengertian ini tentu tak lepas dari panutan para alim ulama.

Kemungkinan pertama, ulama hanya mengajarkan teori dengan banyak kitab, tetapi lupa dengan memberikan teladan yang baik. Kita juga melihat justru banyak ulama yang terjerumus dalam urusan duniawi tetapi menggunakan agama sebagai perisai. Entah setan yang terlalu kuat atau memang ulama yang bersangkutan lalai dalam menambah api keimanan. Jika ulama saja menyelewengkan ajaran agama, apalagi orang-orang di bawahnya. Parahnya, masyarakat juga kehilangan tokoh yang pantas diteladani dari elite politik saat ini.

Kemungkina kedua, ulama tidak mau membumi. Mereka terpaku dalam kerajaannya di majelis-majelis taklim tertentu, di pesantren tertentu, tetapi tidak terjun langsung ke masyarakat. Hal ini menyebabkan mereka tidak tahu penyakit-penyakit sosial yang berkembang di masyarakat. Seandainya ada yang rajin bersentuhan dengan masyarakat, maka mereka bisa meminimalisir dampak negatif dari penyakit-penyakit tersebut.

Kemungkinan ketiga, para alim ulama tidak pernah mengantisipasi perkembangan zaman dimana era internet semakin memperbudak manusia, kemudian serangan miras dan narkoba, serta video porno. Di sisi lain, tuntutan ekonomi yang tinggi telah banyak menyita waktu seseorang sehingga lupa berinteraksi dengan Tuhannya. Seharusnya ulama mewaspadai hal ini sejak dini agar tidak semakin meluas.

Saya berharap, peristiwa demi peristiwa yang terjadi mampu menggugah kesadaran alim ulama untuk lebih banyak berbuat. Mereka harus mengubah pola pikir dan sistem yang usang, yang tak lagi mampu membentengi manusia dari godaaan setan. Cara menyampaikan ajaran butuh inovasi dan kreativitas lebih dari ulama agar meresap ke dalam jiwa umat. Semoga hal ini bisa terwujud.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun