Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Curhat Guru Bantu Untuk Jokowi

10 April 2015   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 61 1
Beberapa hari yang lalu saya mendapat SMS dari seorang teman yang berprofesi sebagai guru bantu di wilayah Jakarta Pusat. SMS yang dikirim pada malam hari dan membuat saya tak bisa tidur karena harus menjawab terus menerus. Saya tak mungkin mengenghentikan curhat seseorang sebelum ia puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan. Curhat seorang rakyat tentang presidennya.

Teman saya mengeluh tentang keadaan ekonomi yang dialaminya. "Bagaimana caranya ya mbak menenangkan hati yang sedang galau. Hatiku gak karuan memikirkan kehidupan yang semakin sulit. Ada kekuatiran mengenai rejeki."

Saya mengerinyitkan kening. Dia selama ini mengajar di sebuah sekolah dekat Pasar Johar. Setidaknya memiliki penghasilan. Masa mengeluh seperti itu? Padahal kehidupan yang saya jalani lebih sulit karena tidak mempunyai penghasilan tetap. Tapi saya selalu percaya bahwa Allah tidak akan membiarkan hambaNya kelaparan. Saya pun menjawab,"Ya Allah. Dik, kamu punya gaji dari mengajar tapi kuatir soal rejeki? seharusnya kamu bersyukur. Keadaanmu lebih baik dari aku,"

"Aku kesal, mbak. Gajian habis melulu  untuk bayar hutang."

"Selama kamu masih bisa makan dan anak-anak bisa sekolah, tidak menjadi masalah. Jangan menjadi orang yang kufur nikmat. Masih banyak orang yang jauh lebih susah. Cobalah membaca surat Ar-Rahman dan terjemahnnya agar kamu ingat betapa banyak karunia Allah kepadamu," aku mengingatkan.

"Pemerintahan Jokowi benar-benar mengecewakan. Masa sekarang aku bayar listrik Rp 600 000,- Harga barang-barang pada naik. Kenapa malah menyensarakan rakyat?" lanjutnya. "Kapan aku bisa umrah kalau begini. Aku iri pada orang yang bisa ke sana."

Oh, rupanya ia mengeluh bukan karena kekurangan. Tetapi akibat harga barang naik, ia tidak bisa menabung untuk pergi umrah. Padahal ia sangat ingin bisa melaksanakan ibadah tersebut. Kawanku ini memang pernah mengutarakan keinginannya kepadaku tahun lalu.

"Kenapa listriknya bisa segitu? hemat dong. Keadaan ini bukan salah Jokowi sepenuhnya. Kamu gak tahu bahwa Jokowi menjadi presiden dengan subsidi BBM dalam keadaan hampir kosong ditinggalkan SBY. Dia yang harus menanggungnya. Harga barang naik bukan hanya karena BBM naik, tetapi juga ulah mafia dan orang-orang yang ingin melengserkan Jokowi," kataku panjang lebar. "Haji atau umrah adalah persoalan panggilan dari Allah. kalau belum waktunya dipanggil, kamu juga tidak akan sampai kesana. Bersabarlah dan memperbaiki diri agar doamu dikabulkan."

"Tapi memang sebelum jadi Presiden, Jokowi berjanji akan mengangkat guru bantu. Sampai sekarang belum terealisasi. Bahkan kami belum menerima gaji selama tiga bulan. Guru-guru bilang akan menuntut di akhirat bila janjinya tidak diwujudkan. Jangan karena sudah di atas, lantas lupa sama janjinya."

"Dik, Banyak hal yang harus diurus sama Presiden. dia harus menggunakan skala prioritas, mana yang harus didahulukan. Ingat, Jokowi baru 6 bulan menjadi Presiden. Mengurus RT saja tidak bisa beres dalam enam bulan, apalagi negara yang begitu banyak permasalahannya. Semua tidak bisa langsung ditangani. Gunakan logika. Presiden bukan tukang sulap, butuh waktu untuk menyelesaikan masalah-masalah itu."

Teman saya ini pernah menjadi RT. Dahulu dia sering juga curhat tentang masalah warga. Nah, mudah-mudahan dia ingat memang tidak mudah menyelesaikan masalah. Dalam skala kecil seperti RT saja susah, apalagi mengurus sebuah negara.

Setelah itu SMS pun terhenti. Entah karena dia tertidur. Entah dia tersadar dengan jawaban-jawaban itu, saya kurang tahu. Yang jelas saya jadi terkena insomnia, tidak bisa tidur lagi hingga sepertiga malam terakhir. Saya tahu, teman saya mewakili jutaan rakyat awam yang pola pikirnya sederhana. Saya berharap dan berdoa agar semua ini segera berlalu dan Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan. Semoga Allah memberikan bimbinganNya kepada Jokowi agar selalu berada di jalan yang benar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun