Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Naiknya Harga BBM Memaksa Gerak Lebih Cepat

28 November 2014   23:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:35 63 0
Hari gini masih serba lamban? Apa yang kita dapat jika kita tidak mengubah diri untuk bergerak lebih cepat. Padahal situasi di sekitar kita, di seluruh negeri dan dunia bergerak sangat cepat. Kalau kita tidak menyesuaikan diri, apalagi hanya berdiam di tempat, maka yang terjadi adalah stagnan. Kita terpasung oleh kebiasaan lama. Kita bisa tambah terpuruk.

Contoh yang paling konkret adalah dicabutnya subsidi BBM sehingga terjadi kenaikan harga di semua sektor. Tidak hanya soal sembako, harga makanan mahal, ongkos transportasi juga melonjak. Tak ada gunanya mengeluh, mau tidak mau kita harus menerimanya. Tinggal bagaimana kita menyiasati tuntutan kenaikan harga, maka jalan satu-satunya adalah bergerak lebih cepat agar roda perekonomian kita terus berputar.

Mungkin bagi sebagian orang, menerima gaji bulanan tetap cukup, hanya saja perlu pemangkasan anggaran di sana sini alias berhemat. Namun banyak orang yang tidak bisa mengandalkan gaji karena kebutuhan juga semakin tinggi. Butuh kerja keras, butuh gerak yang lebih cepat. Keadaan yang serba sulit justru memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif, yang bisa digunakan untuk mengembangkan diri.

Apalagi orang-orang yang telah mengasah jiwa entrepreneur-nya selama ini, tentu akan menganggap keadaan sekarang adalah sebuah tantangan. Mendapatkan penghasilan, atau mencari uang, tidak selalu harus bekerja di sebuah instansi. Peluang untuk mendapatkan pengasilan sebesar mungkin hanya bisa didapat jika kita menciptakan peluang itu sendiri. Apa yang ada pada kita adalah modal utama.

bisnis makanan

Satu hal yang pasti, dalam keadaan apapun, manusia masih butuh makan. Karena makan adalah kebutuhan dasar setiap makhluk hidup. Maka bisnis makananpun tak pernah mengenal kata surut. Asalkan kita sudah mempelajari bisnis yang akan kita tekuni, maka bisnis makanan ini besar kemungkinan akan berhasil.Ada tiga sisi dari bisnis makanan. Pertama, pasokan bahan-bahan makanan yang akan digunakan. Kedua, restoran atau rumah makan. Ketiga, jenis makanan yang ditawarkan.

Abang saya tetap bisa menatap peluang dalam soal bisnis makanan ini. Di wilayah tempat tinggalnya, yaitu Pulau Bintan, Kepulauan Riau, rumah makan berkembang pesat. Apalagi banyak pekerja-pekerja yang datang dari daerah lain. Ikan adalah makanan utama orang-orang di kepulauan. Namun kalau hanya ikan laut, tentu mudah didapat, tetapi kalau ikan air tawar jauh lebih sulit. Maka abang saya mempunyai ide untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar yaitu jenis lele.

Di Tanjung Pinang dan Kijang, ikan lele sedang menjadi makanan yang digemari. Pasalnya, banyak orang-orang yang berasal dari Jawa, membuka rumah makan pecel lele. Berkembangnya rumah makan pecel lele ini tentu membutuhkan pasokan lele yang tidak sedikit. Mereka adalah sasaran market yang dituju oleh abang saya. Ia tidak main-main dalam mengembangkan bisnis ini, tetapi juga menggerakkan seluruh keluarga untuk membantu. Putra-putranya dilibatkan dalam manajemen pengelolaan perusahaan yang baru dibangunnya tersebut. Dengan mengajak beberapa relasi untuk bekerjasama, menanam modal dan sebagainya, maka hal itu tidak membutuhkan waktu yang lama.

Tanah kebun yang ada dialihkan fungsi menjadi kolam-kolam ikan. Abang saya juga datang ke IPB untuk mempelajari budidaya ikan lele lebih lanjut. Setelah itu ia membeli mesin pembuat pakan ikan dengan uang patungan di perusahaan. Sekarang semuanya siap direalisasikan.

Bisnis makanan hanya sebagai salah satu contoh sebagai gerak cepat mengatasi keterpurukan ekonomi. Kita atau siapa saja bisa melakukan gerak cepat dengan potensi dan bakat masing-masing. Setiap manusia diberi kelebihan oleh Tuhan. Maka maksimalkan kelebihan itu untuk berbuat yang lebih baik. Tak ada alasan untuk jalan di tempat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun