Pertama, tidak punya bukti. Abraham Samad tidak memiliki bukti yang kuat untuk menyangkal tudingan Hasto. Karena itu secara tersirat ia mengakui bahwa memang ada pertemuan antara dirinya dengan petinggi PDIP untuk membicarakan pencalonannya sebagai Wapres. Walau AS menyangkal bahwa inisiatif itu berasal dari dirinya dan tidak menawarkan peringangan kasus tertentu. Sebagai seorang petinggi pimpinan lembaga yang sangat dipercaya rakyat, seharusnya AS berhati-hati. Minimal juga melakukan rekaman pembicaraan melalui HP atau alat canggih lainnya sebagai bahan buktinya sendiri. Resiko seperti ini semestinya telah dipikirkan jauh-jauh hari.
Kedua, tidak mempunyai saksi. Abraham Samad tidak mempunyai saksi yang dapat memperkuat alasan kehadirannya dalam pertemuan dengan petinggi PDIP. Ia tidak membawa seseorang untuk menemaninya ketika itu. Padahal pertemuan semacam itu sangat penting dan berbahaya, karena dalam politik apa pun bisa terjadi. Tidak ada yang aman ketika dua orang/kelompok melakukan pertemuan.
Ketiga, tidak mempunyai rekanan. Dalam hal ini, lembaga KPK sebagai pemberantas korupsi boleh dikatakan hanya berjalan sendirian. KPK malah seperti dijadikan musuh bersama oleh lembaga-lembaga yang dipimpin oleh para koruptor. Demikian pula dengan para pimpinan KPK, mereka hanya satu kelompok kecil yang terasing, tidak mempunyai rekan sejati yang selalu mendukung dan menopang pekerjaan. Rekan yang ikhlas membela KPK adalah rakyat yang tidak memiliki kekuatan hukum.
Dengan kelemahan tersebut, maka oknum-oknum yang berusaha melemahkan KPK akan berusaha menambahkan hal-hal yang dapat menguatkan bukti-bukti yang dibawa oleh Hasto. Mungkin mereka bisa berhasil jika KPK tidak membentengi diri sekuat mungkin. Tapi serangan datang bertubi-tubi sengaja mengacaukan fokus pimpinan KPK, baik dalam pemberantasan korupsi maupun membersihkan nama mereka. Jika tetap berada di jalan yang benar, hanya Tuhanlah yang bisa memberikan perlindungan.