MUDA.
Rasa dingin yang menusuk kulitku kembali memeluk erat tubuhku, pagi ini. Ingin rasanya aku, Muda, meringkuk kembali di bawah selimut tebal nan hangat, membuai kesadaranku dalam bayang-bayang Galaksi Bima Sakti yang kelam bertaburan berlian. Namun, sebelum sempat merajut mimpi-mimpi sedap yang membenamkan sadarku, sekelebat ingatan bagaikan alarm bergema di otakku. PR Matematika yang semalam berusaha kukerjakan dengan semangat '45 harus "kuselesaikan" pagi-pagi buta ini, bersama Bisa yang pasti telah mengerjakannya dengan gemilang.
"Sial," umpatku perlahan.
***
BISA.
Sinar mentari menyapaku malu-malu detik ini. Malahan hawa sejuk yang teramat bersemangat menyambut seluruh kesadaranku, menemani dan mencumbu tubuhku penuh rindu. Bisa, begitulah diriku disebut, telah siap dengan sigap. Seragam rapi jali telah melekat di epidermisku. Tas berisi perlengkapan tempurku menuntut ilmu tergantung sempurna di bahuku. Dan kini, sarapan buatanku sendiri berhasil mengisi lambungku yang perlu kehangatan makanan. Segalanya nyaris sempurna di awal hari yang indah ini.
Sekarang, saatnya aku pergi ke rumah keduaku yang sangat ku cintai.
"Aku siap, Aku BISA!!!" pekikku girang sambil mengayunkan langkah menuju sekolah.
***
- Bersambung -