Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Pergaulan Bebas, Salah Siapa?

24 Februari 2012   14:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:14 1028 9

Dulu, kita memberi “tanda khusus” buat pergaulan anak muda barat, yang katanya, free-sex, suka pesta, mabuk dlsbg. Namun, pada kenyataannya, apa yang kita lihat dengan kawula muda kita di masa ini? Semua yang saya sebut di atas sepertinya sudah dilakoni oleh kebanyakan anak muda kita.

Saya pernah membahas sekilas tentang pengadobsian budaya hedonisme barat yang menurut pengamatan saya, cenderung menyimpang di kalangan (kebanyakan) anak muda kita dalam beberapa tahun terakhir. Walau pembahasan itu kemudian lebih menjurus pada anak-anak kuliah, seperti di tulisan saya; Cerita Perpustakaan: Menemukan Kesenangan Vs Motivasi, namun bisa memberi sedikit gambaran bagaimana sebenarnya remaja atau kawula muda barat itu sendiri cukup berhati-hati memilah-milah sesuatu dan juga bertanggungjawab atas tindakannya.

Entah berapa banyak masalah yang menghampiri bangsa kita dikarenakan free-sex di kalangan muda yang bahkan anak SMP pun terlibat. Hamil di luar nikah, meninggalkan sekolah, sampai mengidap penyakit berbahaya HIV/AIDS. Belum lagi, ada beberapa pihak yang menghalalkan cara itu untuk mencari nafkah dan kepuasan, dengan menjadikan anak usia belasan menjalani sebuah profesi yang tak semestinya, seolah tak ada lagi nurani yang ditanggungkan.

Dulu, ketika saya mempersiapkan untuk ujian masuk perguruan tinggi, saya sengaja dimasukkan di asrama. Di sana saya bertemu seorang teman, sebut saja Rara. Dia cukup baik dari segi berteman menurutku. Waktu itu (dua bulan kita di asrama), Rara sering ijin untuk keluar asrama memanfaatkan jam istirahat yang sebenarnya tak juga banyak, lalu diantar kembali oleh seorang pria. Saya pikir yang nganter adalah mas nya, seperti juga kita pada umumnya. Jadi, ya maklum saja kalau saya tidak banyak bertanya, walau saya pasti melambaikan tangan ketika mobilnya berpapasan.

Namun suatu saat, saya begitu kaget ketika dia kemudian minta pendapat dari saya. Rupanya dia menginginkan agar si pria itu menceraikan istrinya yang sudah punya anak TK. Rara bahkan bilang, kalau dia sudah berusaha mengunjungi si anak diam-diam ke sekolahnya, demi mendekatkan hubungan mereka. Saya tak lagi bisa memberi komentar. Yang ada dalam pikiran saya, sedih teramat sedih, bagaimana bisa anak lulusan SMA sudah bisa berpikir seperti itu? Namun, itu adalah satu kenyataan yang ada.

***

Belum lagi dengan kebiasaan berpesta yang seolah jadi trend saat ini. Berkumpul dengan teman-teman di akhir pekan bukan lagi di beranda ditemani teh, jajanan pasar dan gitar, namun anak muda sekarang berkumpul di bar dan tentu yang tersaji di sana juga berbeda.

Masih segar diingatan tentang kasus Xenia maut yang menewaskan 9 orang korban. Kemudian setelah pemeriksaan urine pada si penyetir mobil tersebut, Afriyani Susanti (29), terbukti dia menggunakan ekstasi, ganja, sabu, dan menenggak Miras.

Keadaan ini membuka mata kita, bahwa di masa sekarang ini, minuman keras dan obat terlarang pun sudah tak lagi berpantang untuk dicicip (sebagian) anak muda yang dibesarkan oleh bangsa dengan pendidikan agama yang cukup kuat itu. Lalu, ada apa sebenarnya dibalik pergeseran gaya hidup yang ada?

***

Selain teknologi memberi banyak manfaat bagi peradaban manusia, tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi juga mengiringi perubahan gaya hidup pelakunya. Akses internet yang bisa mengantarkan kita ke ujung dunia, membuat informasi begitu mudah didapatkan. Dampak lainnya, informasi yang tidak tersaring bisa berkembang menjadi racun yang mematikan kreativitas anak bangsa, seperti pengadopsian mentah-mentah perilaku atau kebiasaan tertentu.

Lantas, apakah kita akan mempersalahakan teknologi? Sepertinya kurang tepat. Tampaknya, pembenahan pola pikirlah yang mesti dikembangkan, lewat lingkungan (terutama keluarga) dan pendidikan. Bukankah pola pikir menentukan gaya hidup?  Jangan salahkan anak muda mencari kesenangan di luar, memilih gaya hidup bebas, jika saja, orang tua sendiri lebih memprioritaskan hal-hal duniawi (materi). Berpikir seolah mencari duit dan duit lah yang terpenting, dan berujung duit lah yang juga bisa menyenangkan.

Dan satu buat anak muda, mari mencukupkan diri dengan apa yang ada tanpa perlu membesar-besarkan sesuatu, semisal menuntut berlebih dari orang tua apalagi mencari aktualisasi diri lewat tindakan yang tidak patut.

>><<

Selamat Jelang Akhir Pekan

Kei

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun