Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam jumlah lulusan perguruan tinggi. Dalam masyarakat yang semakin mengutamakan pendidikan, memperoleh gelar sarjana dianggap sebagai tiket emas menuju kehidupan yang lebih baik. Pencapaian tersebut seharusnya menjaadi kebanggan, dimana hal itu dapat mencerminkan kemajuan bangsa dalam akses pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun pada kenyataanya, kita dihadapkan pada fenomena sosial yaitu banyaknya sarjana yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan.
    Mengapa banyak sarjana yang menganggur? Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi di indonesia. Hal ini dapat dipengaruhi dari faktor pribadi. Banyak lulusan sarjana memiliki harapan yang tinggi terhadap gaji awal mereka setelah lulus. Terkadang, ekspetasi ini tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan kerja. Akibatnya, mereka mungkin menolak atau tidak mempertimbangkan pekerjaan yang tersedia yang mungkin tidak sesuai dengan ekspetasi gaji mereka. Selain itu rasa gengsi dan status sosial dari masyarakat yang banyak berfikir bahwa gelar sarjana perlu untuk mendapatkan pekerjaan bergengsi atau di perusahaan yang terkemuka untuk mempertahankan atau meningkatkan status sosial mereka. Selain itu kurangnya motivasi dan rasa malas dapat menjadi faktor dalam mencari pekerjaan atau mengembangkan keterampilan tambahan setelah lulus.
    Kurikulum pendidikan tinggi sering kali tidak mengikuti perkembangan industri yang dinamis dan kurang memberikan perhatian yang cukup pada pengalaman praktis. Sehingga, terdapat sarjana tidak memiliki pengalaman yang memadai dan keterampilan relevan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Overproduksi di bidang tertentu juga dapat menjadi faktor banyaknya sarjana yang menganggur di Indonesia. Bidang studi tertentu seperti ekonomi, hukum, manajemen dan bidang studi lainnya mengalamai overproduksi lulusan. Setiap tahun, ribuan sarjana baru memasuki pasar kerja, sementara jumlah lowongan pekerjaan di bidang tersebut tidak sebanding.
   Pengangguran di kalangan sarjana memiliki dampak yang signifikan baik secara sosial maupun ekonomi. Secara individu, pengangguran dapat menyebabkan stres, kehilangan motivasi, dan menurunkan kesejahteraan mental. Oleh karena itu penting untuk mengatasi sarjana pengangguran di indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan solusi yang melibatkan berbagai pihak. Pertama, revitalisasi kurikulum pendidikan tinggi perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini.Â
Perguruan tinggi harus bekerja sama sengan industri untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan pasar kerja. Program magang wajib dan pelatihan keterampilan praktis perlu diperluas. Kedua, memberikan informasi kepada calon mahasiswa tentang prospek karir di berbagai bidang studi untuk mempertimbangkan bidang studi yang memiliki permintaan tinggi di pasar kerja, seperti teknologi informasi, kesehatan, dan teknik. Ketiga, pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru dalam berbagai sektor.Â
Dan yang terakhir adalah menyelesaikan masalah pada diri kita sendiri yaitu dengan menyesuaikan ekspektasi para sarjana. Penting untuk memiliki ekspektasi yang realistis terkait dengan gaji awal dan status sosial setelah lulus. Selain itu meningkatkan motivasi dan keterampilan. Lulusan perguruan tinggi perlu mengembangkan motivasi instrinsik untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan permintaan pasar kerja.Â
Selanjutnya, hilangkan rasa malas dan jangan pantang menyerah. Tetapkan tujuan yang jelas serta buat rencana karir jangka panjang dan jangka pendek yang realistis dan dapat dicapai. Tetaplah positif dan produktif dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat dan menerima bahwa penolakan adalah bagian dari proses untuk berhasil.Â