Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Cinta Lama Belum Kelar #36

10 Mei 2013   19:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:47 377 1
Usai maghrib gua datang ke basecamp anak-anak komplek di pos RW 05. Gua sudah mempersiapkan mental menghadapi Galang reseh yang katanya mau ngabisin gua. Mata Galang terlihat merah. Tapi ia seakan punya energi besar untuk ribut sama gua di depan 3 orang teman komplek, Tiwo, Deden dan Ares yang sedang asik mahsyuk merokok.

"PENGKHIANAT!" Cacinya. "Gue nyesel punya temen kayak lo, Mony*t!"

"Elo yang banci! Gua udah nggak nganggep elo sebagai temen sejak lo ninggalin Devina," balas gua.

"Lo udah selingkuh dari Melati. Lo juga nyakitin Devina... Brengsek!"

"Ya. Trus kenapa? Lo mau ngabisin gue sekarang?" Gua maju.

Sebuah tamparan keras melayang ke wajah gua. Lalu ia juga menonjok perut gua yang tipis. Dua teman kami sempat melerai kami. Tapi gua berhasil menonjok mukanya sampai pipinya membiru. Gara-gara keributan itu, beberapa Ibu-ibu, Bapak-bapak dan orang-orang komplek dekat Pos RW keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. Mang Odang si hansip pun mendatangi kami dan tanya sana-sini.

Gua dan Galang saling serang lagi. Ia memiting leher gua dan gua mendorongnya ke belakang hingga jatuh. Badan gua diatasnya dan ia mulai mengacak-acak muka gua. Berusaha bangkit, gua menginjak tulang keringnya.

Lalu gua melihat Melati menerobos masuk. Dan orang-orang itu melerai kami. Gua dan Galang terpisah jarak 2 meter dan kami saling menatap dengan kejam. Tangan kami tertahan badan-badan orang lain, namun kaki kami tergerak untuk saling menendang dari jauh.

“Ada apa kalian ribut-ribut?” Tanya Pak Rakhmat yang terusik karena rumahnya pas di depan pos RW yang sekarang berubah menjadi ring tinju.

“Kayaknya sih mereka lagi ngeributin cewek,” timpal Tiwo yang menjadi saksi kunci.

“Heh? Ngeributin cewek? Melati maksudnya?” Tanya mang Odang.

“Bukan deh kayaknya….” Tiwo kini garuk-garuk kepala karena merasa nggak enak dengan Melati.

“Sorry, gue potong!,” Melati mulai bicara “Gue tahu kalian lagi ngeributin apa. Gue juga tahu mungkin sulit buat kalian untuk saling memaafkan dan kembali temenan seperti dulu. Tapi please, jangan kayak begini caranya."

“Jadi gimana caranya menurut lo?” Galang emosi.

“Ide gue sih, kalian menyalurkan kemarahan kalian dengan lebih positif seperti jaga malam di sekitar komplek….” Ares coba melucu. Tapi tak ada yang menanggapi omongannya. Garing setengah mati.

“Dia udah mengkhianati lo, Mel. Lo masih mau maafin dia?” Galang mencoba memprovokasi.

“Gue udah putus sama Aje.” Ia mengumumkan itu dengan lantang meskipun ada berbagai orang yang berdeham dan berkomentar sendiri.

Ares, Tiwo dan Deden saling pandang.

“Iya… bener, putusin aja! Gue dukung. Dan gue juga akan membalas sakit hati elo!”

“Gak perlu, Galang!” tolak Melati. “Kita sudah sama-sama mengerti kalau kita nggak saling cinta lagi. Gue akan menikah dengan orang lain.“

Ares, Tiwo dan Deden kembali saling pandang. Galang diam. Ia kini tak punya alasan lagi untuk menyerang dan menuding gua sebagai orang paling brengsek sejagat komplek.

“Jadi, kalian berkelahi karena wanita?” Pak Rakhmat memastikan dengan melihat anggukan yang gua buat. “Jadi bagaimana solusinya? Apa itu wanita dibagi dua saja? Enaknya gimana?” Pak Rakhmat pura-pura mikir.

Intinya adalah tak ada solusi yang bisa meredakan amarah kami berdua. Apa pun yang dijanjikkan malam ini, bahwa kami tidak akan buat keributan di dalam komplek lagi tidak bisa menyelesaikan masalah.Kami beruntung tidak digiring ke kantor polisi terdekat. Semuanya menenangkan dengan petuah-petuah bijak. Bahwa persoalan cinta anak muda adalah hal yang lumrah. Dan Pak Rakhmat juga memberi saran kalau memang wanita yang dimaksud memilih salah satu dari kami sebagai cintanya, yang lain harus ridho dan ikhlas. Super sekali.

Mulai saat ini Gua dan Galang resmi jadi musuh.
------------

Saatnya berusaha. Sementara musuh gua itu kabarnya sedang pergi dinas ke Papua selama dua minggu, gua akan mengusahakan Devina jadi milik gua. Gua mengemukakan strategi gerilya yang yahud. Ririn dan Melati jadi sumber yang gua tanyai.

Ririn menyarankan kalau gua belajar dansa dan bergaya K Pop banget di depan Devina. Gua meremas pipinya sampai melolong panjang. “Ya nggak mungkin gua se jijay itu, De’…”

“A’a, dibilangin nggak percaya.”

Sungguh, percaya sama Ririn itu musyrik. Dari raut mukanya aku waspada ia hanya berniat mengerjai gua.

Jadi gua memilih saran yang dikasih Melati. Mencari Devina, bicara, menerangkan situasinya kalau gua sudah tidak bertunangan lagi dan mengutarakan maksud untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.

Maka gua pun berlatih di depan kaca. Berbicara sesingkat-singkatnya pada Devina yang gua prediksi akan mempercepat langkahnya kalau gua cegat. Ia mungkin juga akan melakukan tindak kekerasan karena sudah terlanjur benci dengan gua.

Dan seperti yang gua prediksi pula, Devina mengganti nomer ponselnya. Mencarinya menjadi tantangan pertama gua. Gua mencari ke PH tempat ia bekerja, tapi kata resepsionis Devina memang tidak terlihat ke kantor. Sulit dikatakan keberadaannya karena ia memang tidak terikat jam kerja kantoran. Si resepsionis juga menolak memberikan nomer handphone Devina yang baru.

Langkah selanjutnya adalah mencari langsung ke apartemennya. Gua bicara pada satpam di lobi apartemen itu.Si satpam mengkonfirmasi ke unit Devina. Dan bicara pada seorang wanita bernama Tary.

“Mbak Tary, di sini ada orang yang cari mbak Devina. Apa mbak Devina ada?” tanya si satpam.”Oooh, nggak ada ya? oke, oke!”

Gua pasrah, siap menyanyikan lagu alamat palsu Ayu ting-ting.

“Mas, tadi namanya siapa?”

“Majendra.” sebut gua.

“Majendra, mbak !” Si satpam menyampaikan nama gua pada teman seapartemen Devina.

“Hmm… mas, boleh saya bicara sama mbak nya?” Gua coba mengorek informasi dari cewek itu. Ia seharusnya tahu di mana Devina.

“Assalamualaikum,” sapa gua santun. “Saya boleh tahu nggak ya, Devina kemana?”

“Hmm… kemaren sih dia bilang mau tunangan mas, di rumahnya…”

“APA?” gua tersentak.
----------------------

Gua gak percaya gua bisa sepanik itu. Buru-buru gua pergi ke Depok untuk menemui Devina. Dan yang terlintas di kepala adalah gua harus sekalian membuat Devina batal bertunangan dengan laki-laki yang tidak diketahui namanya. Siapa dia?

Gua berusaha mengingat-ingat di mana rumah Devina. Di sebuah komplek berportal besar. Dekat dengan pertokoan yang kecil-kecil. Belok ke kiri sedikit dan gua yakin itu rumahnya. Agak besar, berpagar hitam tinggi dan dihiasi bunga kertas melingkari. Tak ada tanda-tanda keramaian apalagi pesta. Sepi-sepi saja. Bahkan pintu gerbang terkunci.

Gua coba memanggil dengan kata ‘Asalamualaikum’ kencang-kencang. Tak ada respon. Gua gedor gerbangnya hingga gaduh. Tidak ada orang. Lalu tibalah seorang ibu-ibu yang keluar dari rumah sebelah, bertanya pada gua, “Cari siapa Mas?”

“Devina, bu… Benar ini kan rumahnya??” Gua memastikan.

“Oooh, anak Pak Ruslan ya? Keluarga Pak Ruslan sudah dari 6 bulan lalu pindah.”

“OOOhhh begitu..” Gua mulai panik lagi. “Berarti memang ada acara pertunangan di rumah Devina yang baru. “Boleh saya minta alamatnya?”

“Wah, saya juga nggak tahu Mas. Maaf ya!”

Gua mulai putus asa.

Gua pun masuk kembali ke mobil dan mikir sebentar. Mungkin Hengki atau Ayu tahu di mana Devina. Yang pasti, Galang juga tahu. Karena belakangan ia dekat dengan Devina. Dan karena kemarin gua yakin Melati menyebutkan kenampakan Hengki bersama dengan Galang, berarti Hengki di sini.

Kemungkinan Ayu juga di sini. Kemungkinan Ayu sudah ke rumah Devina atau bahkan sedang hadir di acara pertunangannya.

Dan karena gua nggak mungkin tanya ke Galang, gua tanya Hengki saja.

“Hallo…” Jawab Hengki.

“Ki, lo tau di mana rumah Devina?”

“Ya, Je! Gua tahu, kenapa?”

“Gue minta alamatnya.”

“Waduh…” Ia sepertinya bingung. “Ini Ma, Aje minta alamat Devina,” terdengar ia menyerahkan ponselnya pada Ayu.

“Heh, anak brengsek!” Gua mendengar suara Ayu mencaci maki gua.

“Ayu, gua harus ke rumah Devina sekarang!”

“Mau ngapain lagi? Lo tuh udah nyakitin temen gua. Dan lo sudah tunangan sama cewek lain. Jangan ganggu Devina lagi!” cercanya.

“Gua udah membatalkan pertunangan gua, sekarang gua juga mau membatalkan pertunangan Devina sama siapalah cowok itu….” Kata gua. “Plis Yu, gua serius cinta sama Devina. Gua nggak bisa kehilangan dia sekarang… TOLONG GUA…”

“Hmmm…. Devina tunangan????” Ayu terdengar aneh, apakah dia juga belum tahu kabar itu?

“Oke... oke, gue nggak begitu hapal tapi lo catet ya….. “

--------------bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun