Angin sepoi-sepoi perlahan mendayu menyapu tubuhku. Bak patung yang terpaku, aku tak beringsut sedikitpun. Sebab, energi perhatianku hanya tertuju pada nama itu. Itulah nama yang sudah, sedang dan akan terus ada di dalam dadaku.Dialah biduanitaku. Selama jantungku masih berdetak dan bumi masih berputar pada porosnya, cintaku padanya tak akan pernah sirna.