Saya jadi teringat seorang sahabat saya, yang ditinggal pergi suaminya dengan perempuan lain. Dia juga harus berjuang membesarkan dua orang anaknya, tanpa tunjangan dari suaminya dan tanpa pekerjaan. Dia bercerita tentang kehidupannya yang tidak memiliki uang yang dapat digunakan untuk membiayai kehidupannya paling tidak selama sebulan. Dia hanya hidup dari hari ke hari dengan tawakal dan memasrahkan hidupnya kepada Allah. Kebetulan kedua anaknya cerdas. Mereka mengikuti program akselerasi ketika masih SMP sehingga mempercepat masa sekolah mereka dan menghemat biaya. Sekarang ini keduanya kuliah di Universitas Indonesia. Anak yang pertama masih menikmati uang sekolah yang murah, yaitu 750 ribu per semester, tapi si bungsu sudah harus membayar 7,5 juta per semester. Biaya pendidikan anak semakin berat, tapi sepertinya dia bisa mengatasinya. Masa-masa sulit yang dia ceritakan selama sekitar 3 tahun sudah dilalui. Kehidupannya sekarang sudah lebih baik. Dia bercerita sering mengantar anaknya ke Depok dan menjemputnya di Carefour Lebak Bulus untuk kembali ke rumahnya di daerah Ciputat. Saya membayangkan kebahagiaannya pada saat anak-anaknya bercerita tentang kuliah-kuliahnya dan nilai-nilai yang mereka peroleh.
Dari cerita tentang ibu-ibu di atas saya jadi berpikir apa perlu kita memiliki rencana keuangan, investasi, tabungan pendidikan dan lain-lain pada saat kita meyakini bahwa sumber rezki dan kemudahan, dan bahkan sumber dari seluruh kehidupan berasal dari Yang Maha Kuasa ya? Perusahaan asuransi adalah buatan manusia yang dapat bangkrut juga. Saya kalau ditawarkan polis asuransi dengan jangka waktu 10 tahun suka bertanya-tanya dalam hati, mana yang lebih dulu: saya mati atau perusahaan tersebut bangkrut. Demikian pula bank juga dapat bangkrut. Bahkan pada bank yang tidak bangkrut saja uang kita bisa hilang.
Terbayang pula oleh saya ibu-ibu lainnya yang kehilangan seluruh uang simpanannya karena ditanamkan pada reksadana Antaboga. Investasi dan tabungan yang telah kita kumpulkan dapat saja hilang dalam sekejap. Semuanya mengandung risiko dan ketidakpastian. Bukankah investasi dengan tingkat pengembalian yang tertinggi dan tanpa risiko adalah investasi untuk kehidupan kita di akhirat kelak?