Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Fatamorgana Jokowi: Jo' Kondo-kondo

21 Juli 2014   02:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:45 208 0
Sembari menantikan Rekapitulasi Nasional yg digelar KPU, mungkin kita bs sedikit saja intermezo, tentang bagaimana rivalitas ini akan berakhir. Apa saja yg akan mereka kerjakan esok, pasca pilpres. Down kah mental mereka? Atau mungkin membuat gerakah baru sebagai energy baru politik internal?

Kalau tdk ada halangan yg berarti, KPU akan mengumumkan siapa juara pemilu presiden periode ini: Jokowi kah? Atau Prabowo ? Kalau Jokowi menang lalu apa yg akan diperbuat Prabowo, sebaliknya bila Prabowo menang apa iya Jokowi mau kembali ke Balai Kota DKI Jkt. Mari kita hitung. Krn tulisan ini ringan2 saja, sebaiknya bagi dua blok relawan: stay cool.

Tulisan ini berisi 2 bagian yg mencoba mengulas perjalanan kedua Capres. Liku2 keduanya tentu tidak bs diabaikan dan tetap hrs diacungi jempol. Kali ini, penulis berusaha utk mengulas figur Jokowi, dan selanjutnya Prabowo.

Jokowi: Vini Vidi Vici

Jokowi adalah sosok politisi fenomenal. Kemunculannya tiba2 dan popularitasnya tdk terbendung. Politisi ini bak pendatang yg berangkat dari desa, berbekal sedikit pengalaman pemerintahan di kota tua Solo, namun tekadnya luar biasa. Dia berani maju menjadi kandidat Gub.DKI Jakarta melawan calon2 terkuat papan atas kala itu: selain incumbent Fauzi Wibowo, juga ada Hidayat Nur Wahid, Faisal Basri, Alex Noerdin, dan MayJend Hendardji.

Diluar dugaan dukungan masyarakat yg diterima Jokowi utk menjadi Gub.Jkt melimpah ruah, mengalir persis banjir Jakarta. Berbekal sedikit informasi ttg siapa Jokowi yg diterima publik Jkt, seketika membuat mayoritas warga Jkt mabuk kepayang mengagumi Jokowi. Pada putaran pertama Pilgub DKI itu, Jokowi meraup 42,6% suara, sementara Foke 34%, dan calon2 Gub lain yg juga tokoh nasional spt Hidayat NW, Faisal Basri dan Alex Noerdin dibuat tdk berdaya dgn perolehan satu digit.

Perolehan suara pd pemilu pertama ini mengantarkan Jokowi utk head to head dgn Fauzi Bowo (Foke). Foke yg dikenal cukup temperamental dan kaya dengan isu2 miring tampaknya makin memberikan semangat kemenangan bagi Jokowi. Meski hampir semua kandidat yg kalah pd putaran pertama Pilgub mengarahkan dukungannya pd Foke, Jokowi tdk gentar, tekadnya bulat sebulat tekat warga Jkt menyambutnya.

Babak ke-dua pun dilewati Jokowi diiringi keriuhrendahan suara para pendukungnya. Mayoritas masyarakat Jkt seakan sdh berkeputusan dan menginginkan Jokowi jd Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. Terbukti dengan perolehan suara Jokowi sebesar 53,82% meninggalkan berbagai komunitas dan partai2 koalisi yg dihimpun Foke, yg nyatanya hanya meraup 46,18%.
Tidak terbantahkan memang popularitasnya. Ada cerita Esemka, ada cerita Ketua KPK Samad yg memuji-muji Jokowi sbg pejabat bersih, ada juga cerita Jokowi sebagai nominator walikota terbaik dunia, cerita Jokowi berhasil mengelola Solo yg kumuh jadi bersih, memindahkan PKL tnp perlawanan, menyediakan para pendemo sajian nasi bungkus utk dimakan bersama, merubah gaya polisi pamong praja menjadi halus, gemar dan selalu blusukan ke pasar dan kampung2 dll dll. Semua cerita soal Jokowi dihadirkan sepotong demi sepotong. Ibarat tulisan, smua judul tentang Jokowi hny  tampil beberapa alinea saja, dan itu sdh ckp membuat Jakarta mabuk melayang. Jokowi dilantik jadi Gubernur DKI Jkt, 15 Oktober 2012 diantar 15ribu pendukungnya.

Hari2 Jokowi setelah pilgub ternyata tdk menyurutkan media utk meliputnya, Jokowi msh menjadi pusat perhatian media dan masyarakat. Sidak, ancaman copot Jabatan, masuk gorong-gorong, selokan, turun ke banjir, lelang lurah, kampung deret, pembenahan waduk pluit dll, hingga cerita pegawai kelurahan yg kesiangan datang saat Jokowi sidak, tdk luput dr media.

Namun waktu terus bergulir, warga Jkt terus memantau dinamika kebijakan Jokowi, mulai berharap perubahan yg nyata. Kadang terdengar usulan mengatasi kemacetan Jkt dgn menerapkan sistem ganjil genap, namun tdk terealisir. Berbagai trotoar dan sanitasi kota dibongkar dgn yg baru, namun hasilnya acak2-an, tidak rapi dan tdk mencerminkan hasil dari anggaran yg tinggi.  Kebijakan Jakarta Sehat dan Jkt Pintar, yg membuat masyarakat terpesona, ujung2nya berhadapan dgn berbagai kendala teknis yg akhirnya memudarkan kesaktian kartu2 itu. Sedikit tapi pasti, tindakan Jokowi menyelesaikan persoalan Jkt, makin membuat masyarakat kecewa. Demo mulai mengalir, dan berpuncak pada demo buruh yang mengepung balai kota hingga malam, memaksa Jokowi keluar lewat pintu belakang kantornya. Jokowi makin berjarak dgn warga.

Jokowi: Nyata atau Fatamorgana

Kurang dari 2th masa pemerintahannya, warga Jakarta dikejutkan dengan rencana Jokowi utk ikut mencalonkan diri sbg Presiden 2014-2019. Berbagai elemen masyarakat mulai protes akan janji2 Jokowi. Protes - protes ini disampaikan dalam 2 forum: demo di depan balai kota, dan mengajukan gugatan ke pengadilan. Semuanya adalah wujud kekecewaan masyarakat Jkt. Namun keduanya kandas; Jokowi tetap melenggang mendaftarkan diri sebagai Calon Presiden.

Kini, Joko Widodo telah menjelma menjadi salah satu Calon Presiden terpilih versi quick count, dan calon Presiden paling berpeluang memenangkan pertandingan. Berawal dari popularitas yg tinggi, dan solah-olah menjadi parameter ideal seorang Gubernur, Jokowi maju menjadi kandidat Presiden dari Koalisi Partai yg dibentuk PDIP.

Konon, awalnya PDIP enggan mencalonkan Jokowi sbg Calon Presidennya, namun popularitas Jokowilah yg mengepung opini PDIP utk mau tdk mau menetapkan nya sbg Capres. Bila dihitung dari tetesan keringat, Jokowi bukanlah kader yg paling berhak maju dr PDIP, msh ada dan byk skali kader PDIP yg telah antri utk dipromosikan menjadi pemimpin nasional. Inilah kehebatan Jokowi. Tanpa bersaing dlm garis yg sama, ia mengambil hati rakyat, dan media memberitakannya, Jokowi adalah satu-satu nya calon pilihan mereka. Bila PDIP tdk mencalonkan Jokowi, maka jgn salahkan kami tidak memilih PDIP pd pemilu legislatif. Opini ini memaksa PDIP mendeklarasikan Jokowi sbg satu-satu nya Capres, dan mensosialisasikannya dlm ribuat spanduk dan poster: PDIP Menang, Jokowi Presiden!

Jokowi Tidak Akan Kembali

Saat ini, semua tahapan terlalui. Kini Jokowi tdk lg berpikir kembali ke balai kota. Kantor lama itu bagai tempat penyiksaan baginya. Cuti panjang Jokowi sampai batas penetapan KPU membuatnya tdk pernah lagi hadir di bekas kantornya itu.

Bila Jokowi berhasil memenangi Pilpres ini, dia selamat dan berjaya. Namun bila ia gagal dlm Pilpres ini: mentalnya sdh hancur seiring bayang2 berbagai gugatan dan cemooh masyarakat Jakarta. Belum lagi hancurnya wibawa Jokowi di depan DPRD yang mau tidak mau hrs dihadapinya. Semua pandangan mata akan membuat perasaan Jokowi hancur lebur, dan tak mampu lagi menunaikan kewajibannya.

Sehingga,  cukup masuk akal bila selama mempersiapkan thema kampanye Pilpres: tidak ada opsi Jokowi utk kalah, semua harus dimenangkan. Jokowi tidak boleh dan tidak akan bisa kalah, harus menang. Team relawan, team social media, timses, tim survey, tim tim tim tim...byk skali dibentuk utk satu-satu nya tujuan: menang. Bahkan pendeklarasian kemenangan Jokowi yg hanya berjarak 2 jam setelah TPS ditutup pd Pilpres 9 Juli lalu, juga bagian dari kerja team utk mengkondisikan kemenangan. Belum lg menang tp Jokowi sdh juara! Teman saya bilang : "jok kondo2, jokowi ini fatamorgana" (jgn bilang2, jokowi ini fatamorgana). Sosok Jokowi yg menjadi harapan rakyat tinggi diatas awang2, dan Jokowi sendiri bukanlah sosok yang diberitakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun