Dua nama yg awalnya bahu membahu, lalu ditakdirkan utk bersaing utk menjadi Orang Nomor 1 di Republik ini. Pada tulisan sebelumnya, saya telah sedikit mengulas tentang Calon Presiden dari Koalisi PDIP: Ir.Joko Widodo. Kini, utk menunaikan niat saya sebelumnya, saya coba utk mengulas sosok Prabowo Subianto. Mantan Perwira TNI AD yang terbuang.
Prabowo: Perwira di Peralihan Kekuasaan
Melihat sosok Prabowo Subianto (PS) kita tidak bisa melupakan sekelumit sejarah masa lalunya. Meski ia berupaya "tampil baru" dengan kemasan dan spirit yg berbeda, PS masa lalu adalah prajurit TNI-AD yg byk ditulis memiliki karier militer yang cemerlang. Gelar "The Rissing Star" sempat melekat di sosoknya. Pada 1998, PS menjabat Komandan Kopassus, jabatan elit inilah yg hingga kini menjadi bayang2 sejarah. Dinamika politik yg terjadi sejak pengangkatannya sebagai Komandan Kopassus 1 Des 1995, hingga 20 Maret 1998 adalah masa2 yg berat. Arus desakan demokratisasi tdk lagi bisa dibendung. Ekskalasi gerakan yang dimotori mahasiswa makin tinggi. Sebagai salah satu komandan pasukan elit, PS mendapatkan berbagai tugas negara. Kalau kita kembali ke th 1998, tidak ada yg lebih menonjol dlm ingatan kita, selain maraknya aksi demonstrasi menuntut Reformasi. Berbagai elemen masyarakat seakan bersatu padu, bulat dan tanpa bs ditawar2: Presiden Soeharto harus turun mengundurkan diri dari jabatannya. PS adalah bagian dari keluarga besar Presiden Soeharto. Ia menantu yg berkarie di militer. Kita dapat membayangkan kegentingan situasi psikologis beliau. Dan pd masa inilah PS diangkat sebagai Panglima Kostrad ke-22, mulai 20 Maret 1998.
Kecemerlangan karier lulusan terbaik Akademi Militer th 1974 ini, seakan sirna. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Kegentingan stabilitas keamanan nasional berbuah peristiwa Mei 98, dimana puluhan ribu demontran menuntut Presiden Soeharto mengundurkan diri. Dan seiring dengan itu, masa jabatan Let.Jend TNI H.Prabowo Subianto Djojohadikumo yg baru berlangsung 2 bulan 2 hari, diberhentikan Presiden Habibie 22 Mei 1998
Gerindra: Titik Balik Perjuangan
Setelah pemberhentian dirinya, PS byk menghabiskan waktunya di Jordania dan bbrp negara Eropa. Ia berkonsentrasi di bisnis, dan mendirikan 27 Perusahan di berbagai sektor, termasuk PT.Kiani Kertas yg belakangan sering disebut2 dlm masa kampanye. Perusahaan itu adalah perusahaan milik Bob Hasan, yg dibelinya seharga 1,8T melalui pinjaman Bank Mandiri. Setelah itu nama perusahaan itu dirubah menjadi PT. Kertas Nusantara dibawah naungan holding Nusantara Group milik PS.
Pada 2003-2008 PS memulai aktif di bbrp organisasi kemasyarakatannya melalui jalur2 perhimpunan seperti petani, nelayan, pedagang pasar dan kegiatan pencak silat. Prabowo juga menjadi ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) sejak 2004. Hingga akhirnya tercetuslah ide pendirian Partai Gerakan Indonesia Raya, 6 Pebruari 2008.
Pendirian Gerindra diinspirasi oleh Parindra (Partai Indonesia Raya) yg berdiri pd saat pemerintahan Hindia Belanda, 1935. Parindra memiliki tujuan : Indonesia Mulia dan Sempurna, bukan sekedar Indonesia Merdeka. Awaslnya PS ingin menggunakan nama itu, namun terbentur izin pendirian dimana para pengurus Perindra sdh byk yg meninggal dunia.
Sejak didirikan th 2008, Gerindra langsung lolos sebagai salah satu peserta Pemilu 2009. Perolehan suara Gerindra pd pemilu itu 4,5% suara atau setara 26 kursi DPR RI. Tentu ini sebuah prestasi awal yg cukup melegakan. Pd th yg sama, Gerindra bersama2 PDIP berkoalisi membentuk pasangan Capres-Cawapres : Mega-Prabowo (Mega-Pro). Meski kalah dlm pemilu presiden, nama Gerindra dan Prabowo telah leading dlm percaturan politik nasional.
Pada pemilu 2014, Gerindra kembali menuai sukses, dgn meraup 11,58% yg menempatkannya sebagai juara ketiga perolehan suara pemilu 2014, jauh diatas perolehan suara partai2 yg sudah lebih dulu berkiprah dan tanpa beban sejarah.
Dengan modal suara dan harga mati Gerindra utk mencalonkan PS sebagai Peserta Pemilu Presiden, akhirnya terbentuklah Koalisi Merah Putih, yg menggabungkan nama besar partai Golkar, PAN, PKS, PPP dan Partai Demokrat. Pemilu 2014 ini menghadirkan hanya 2 Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden : Prabowo/Hatta vs Jokowi/JK.
Sebelumnya, Jokowi adalah Walikota Solo yg menjadi Gubernur DKI Jakarta, salah satunya berkat hubungan baiknya dgn PS. Langkah Jokowi menjadi Capres menjadi luka dalam pd diri Prabowo. Krn design awal yg dibayangkan PS adalah investasi politik. Bahwa PS berhasil membawa Jokowi ke Jkt utk menjadi pendukungnya kelak saat dirinya mencalonkan diri sbg Calon Presiden. Namun takdir berkata lain: Jokowi adalah satu2nya rivalitas Prabowo, dan sangat mungkin menjadi orang yang menggagalkan tujuan politik PS utk menjadi RI 1.
Dalam pengamatan saya, sebetulnya menjadi Presiden atau tidak, tidaklah terlalu merugikan pd diri PS, krn terbukti nyata bahwa penerimaan masyarakat pd PS dan Gerindra sdh jauh berbeda dgn kondisi th 1998. Hari ini PS bukan cuma menjadi bagian dari pentas politik nasional, namun polarisasi yg terbentuk dimasyarakat menunjukkan bahwa PS sdh menjadi harapan sebagian anak bangsa.
Kalau besok PS kalah, maka bukanlah sebuah akhir dr smua karier politiknya. PS telah menjadi bagian yg konstributif baik secara politik, maupun sosial kemasyarakatan. Jangan Gundah Prabowo, anda hari ini telah berbeda dgn masa lalu dan separuh bangsa ini senantiasa men-doa-kanmu.