Orientasi kehidupan kita adalah akhirat. Senantiasa berpegang teguh pada aturan Allah yang tergambar dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tidak dapat mengukur amal kita apalagi mengukur amal orang lain.
Sedangkan Allah mengetahui apa yang di langit dan dibumi dan mengetahui apa yang disembunyikan hambaNya.
Kemudian peliharalah kecusian diri dan silaturahmi. Rasulullah telah mewasiatkan dalam mengarungi kehidupan ini,
Pertama, tinggalkanlah yang haram. Jangan menganggap sepele kesalahan walaupun kecil.
Kedua, ridho terhadap apa yang diberikan Allah Swt. Niscaya engkau kaya. Berarti engkau mensyukuri nikmat Allah dan tak perlu merasa tersaingi oleh orang lain atas nikmat-nikmat-Nya.
Ketiga, berbuat baik kepada tetangga, ketika kesulitan, orang terdekat kita adalah tetangga. Yang dapat membantu. Hormatilah tetangga. Pedulilah kepada tetangga dan berbagilah kepada tetangga.
Keempat, cintailah saudara mu seperti engkau mencintai dirimu sendiri niscaya engkau banyak berbuat kebaikan. Mukmin yang satu dengan yang lainnya layaknya satu tubuh, satu anggota sakit maka anggota tubuh yang lain juga merasakannya.
Kelima, janganlahengkau memperbanyak tertawa sebab dapat menyebabkan matinya hati. Bukan bermaksud melarang tertawa yang membahagiakan. Harus ditinggalkan tertawa yang tidak ada manfaatnya, sedangkan tertawa yang menggembirakan tak apa. Sebab tertawa yang tidak ada manfaatnyadapat menutup mata dan hati dari hidayah Allah
Dengan melaksanakan wasiat Rasulullah ini niscaya kita insyaallah dapat menjaga kesucian diri.
@ suatu Masjid, Bangko, resume khutbah Ustadz Buhari, 3 April 2015.