Artinya, animo masyarakat Indonesia untuk menonton sepak bola di stadion semakin tinggi. Akan tetapi, masyarakat yang menonton sepak bola secara langsung belum dapat disuguhi oleh kondisi yang aman dan nyaman.
Beberapa kali menonton pertandingan timnas Indonesia di GBK, kondisi itulah yang saya dapat. Ketika masuk ke area GBK, wilayah untuk berjalan kaki semakin sempit karena harus berbagi ruang dengan para pedagang suvenir. Menurut saya, pengelola GBK seharusnya memberikan tempat kepada para pedagang, misalnya tenda-tenda kecil di kanan dan kiri jalan menuju stadion. Bisa dibuat secara permanen, sehingga mudah ditempati pedagang kalau ada pertandingan. Sehingga apik bila dilihat, dan ruang untuk pejalan kaki menjadi lebih pasti.
Mengenai pintu masuk (gate) stadion sendiri sudah cukup banyak. Namun, tetap saja, antrian panjang kerap terlihat ketika pertandingan berlangsung. Antrian bahkan bisa menutup jalan bagi para pengunjung, karena antrian biasanya mengular atau tidak terbagi dalam shift atau bentuk lain. Alhasil, kata “permisi” sering terdengar ketika sedang mengantri.
Setelah masuk ke dalam stadion GBK, penonton pun akan disuguhi oleh tumpukan sampah di beberapa tempat di lorong-lorong. Belum lagi ada bau yang tak sedap. Masuk ke area dalam stadion, saya pun membayangkan, “Kapan ya tempat duduk ini diganti?” Kebetulan waktu Timnas Indonesia melawan Timnas Belanda beberapa waktu lalu, saya mendapat tiket kelas II dengan posisi tempat duduk di belakang gawang, jadi mendapatkan tempat duduk berupa kayu panjang.
Seringkali saya melihat, mungkin karena posisinya lebih enak, yang dijadikan tempat duduk itu bagian penopang atau untuk menyender. Sehingga kaki justru ada di bagian untuk duduk. Alhasil, cara duduk seperti itu mengganggu penonton di belakangnya yang duduknya normal.