Pada hari yang sama, Jakarta, si kota metropolitan dan ibukota Indonesia ini, dilanda hujan mulai sekitar sore hari. Hujan yang terjadi hanya beberapa jam saja dampaknya berjam-jam lebih lama melalui terjadinya kemacetan yang luar biasa. Kemarin (25/10), sekitar jam 4.30 sore saya berada hampir dua jam di daerah arteri Pondok Indah, karena macet. Macet tersebut karena genangan air yang cukup tinggi di jalan menuju Pondok Indah. Busway yang saya naiki, yang katanya sebagai solusi kemacetan pun, tak berkutik. Busway jalur Harmoni-Lebak Bulus memang tidak memiliki batas dan steril seperti halnya jalur Sudirman. Jadi, ya harap maklum jika busway pun ikutan macet.
Saya juga baru mendengar kabar dari teman yang pulang menuju rumahnya di daerah Ciledug, sampai rumah jam 01:00 dinihari dari Salemba pukul 21:00. Tadi pun saya melihat tayangan di MetroTv, seorang warga yang ingin mengajukan class action, karena menurutnya (dan memang menurut sebagian besar warga Jakarta) kemacetan kota ini sudah di luar batas.
Menuju wilayah sebelah timur Jakarta, tepatnya Yogyakarta. Sore ini (26/10), gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas, bahkan disebutkan telah meletus kurang lebih tiga kali. Evakuasi telah dilakukan dan sejauh ini berjalan lancar. Tindakan pemerintah setempat termasuk cepat dalam mengantisipasi bencana ini.
Terkait tindakan penanganan untuk dua bencana sebelumnya, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai kurang pemberitaannya. Mengingat daerah ini jauh dari kota Padang, atau Sumatera daratan. Sempat disebutkan perlu 16 jam dari Padang untuk mencapai daerah tsunami. Sedangkan, penanganan daerah Jakarta sepertinya menjadi yang terburuk. Ibukota dengan segala fasilitas mewahnya dan pusat dari segala kegiatan negara ini, seharusnya tindakannya bisa secepat Merapi dan Mentawai, tapi kenyataannya tidaklah demikian. Malah tidak bisa diprediksi sampai kapan "bencana rutin" ini terjadi di Jakarta. Tidak ada yang pasti untuk yang satu ini!