“Aduh….#@=/?, aku merasa ada yang melempar sesuatu dikepalaku. Benar saja musuh setiaku itu ternyata masih betah saja membuang-buang waktunya agar membuat hatiku jengkel. Seperti biasa, setiap pagi bila aku lewat depan rumahnya ada-ada saja kejadian menyebalkan yang aku alami. Siapa lagi kalo bukan Helmi teman sekaligus musuhku dari dulu. Sesaat aku menoleh ke belakang dengan wajah sedikit memerah, kuhampiri dirinya dengan senyum sinis. Kutahan rasa kesalku karena harus berurusan dengan makhluk usil ini setiap hari. ”Auuuuuw” Helmi berteriak keras dan nampaknya begitu kesakitan. Karuan saja, jempol kakinya seketika kuinjak dengan penuh rasa dendam. Segera aku berlari dengan senyum puas penuh kemenangan. Belum begitu jauh akupun kembali menoleh dan melihat Helmi yang masih mengurut-urut kakinya. Segera kuacungkan jempol tanganku dan kuarahkan kebawah tanda aku telah berhasil, tak lupa kujulurkan lidahku bahwa aku tak terkalahkan. “Yes berhasil!!!”, Gumamku dalam hati.