yaaa seperti itulah keadaan di perkampungan tingkat wirausaha yang kecil, memang ada sih sebenarnya tetapi itupun beberapa dari mereka hanya berjualan berupa toko-toko kecil dan sebagainya. Sehingga apabila kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan LPG non subsidi 12kg dari 7.700 ke 14.300 bukanlah hal yang sangat krusial bagi warga desa termasuk penulis pribadi. Mungkin dengan dengan naiknya harga LPG 12kg dapat menaikkan harga-harga makanan di warung namun sebenarnya beberapa warung di desa juga masih menggunakan LPG3kg karena alasan awal waktu lampau merupakan proses transisi dari penggunaan minyak tanah ke media yang lebih efektif yanitu LPG3kg.
Pada intinya kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang kenaikan harga LPG12kg tidak sepenuhnya meresahkan warga kalangan ekonomi ke bawah, namun mungkin yang lebih terkena imbasnya adalah kalangan ekonomi menengah dan keatas karena dari persentase pemakaian LPG12kg merekalah konsumen terbesar. Tetapi karena mengingat mereka kebanyakan adalah orang yang tidak buta huruf dan mengerti bahwa harga LPG(Liquefied Natural Gas) di Indonesia merupakan harga yang paling murah dibandingkan negara-negara asean yang lain pastinya mereka menyadari bahwa itu merupakan langkah terbaik dari pemerintah untuk mensejagterakan rakyat Indonesia kecuali bagi masyarakat kalangan atas yang kurang memiliki rasa legowo terhadap saudara setanah air yang lebih membutuhkan.