"Tumben Pah ngajak Mamah jalan-jalan ke mal. Biasanya papah malas kalau ke mal. "
Hari itu Bu Sri senang bukan kepalang. Bagaimana tidak. Pak Dito suaminya jarang sekali mengajak istrinya itu ke mal dengan alasan banyak pekerjaan. Padahal Bu Sri tahu alasan Pak Dito enggan mengajaknya ke mal. Apalagi kalau bukan ketakutan kantongnya jebol. Alias uangnya habis.
Memang pasangan itu adalah pasangan yang saling melengkapi. Pak Dito yang hemat dan Bu Sri yang boros luar biasa. Terbukti hari itu. Bu Sri seperti kerasukan melihat diskon yang ditawarkan di mal dalam rangka bulan ramadan. Sampai-sampai langkah kaki Bu Sri begitu cepat menyusuri tumpukan baju-baju diskon. Pak Dito mengikuti irama langkah kaki Bu Sri dengan napas tersengal-sengal.
"Bu, saya harus ke lantai 3 ya. Ada yang harus saya beli di toko komputer, nanti kita ketemu di lobi utara ya."
Pak Dito akhirnya memutuskan untuk bersantai sejenak sambil melihat-lihat segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer sesuai hobinya. Sementara Bu Sri masih menikmati surganya dengan memilah pakaian dengan diskon menggiurkan.
"Ih si Bapak ke mana sih. Saya kan dah nunggu hampir dua jam, kok belum nongol juga di lobi," gerutu Bu Sri.
Bu Sri mulai gelisah. Ia berkali-kali mencoba menghubungi ponsel suaminya, namun tak kunjung diangkat. Bu Sri mulai khawatir.
Akhirnya Bu Sri memutuskan untuk mendatangi tempat informasi di mal tersebut. Pengumuman dikumandangkan, namun Pak Dito tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Bu Sri mencoba menelepon kembali suaminya, akhirnya dijawab.
"Papah di mana? Mamah udah selesai nih belanjanya. Mamah sekarang di lobi," teriak Bu Sri di ujung telepon sambil menahan kesal.
"Loh, mamah ngapain di lobi mal?" Pak Dito menjawab dengan santai.
"Papah!" Bu Sri makin emosi
"Ya salam, saya lupa tadi kan saya berangkat ke mal dengan istri saya. Bisa perang dunia ini" Pak Dito bergumam.
Pak Dito lantas bergegas menyalakan mesin mobil dengan keringat yang mengucur di dahinya.