Mohon tunggu...
KOMENTAR
Music Pilihan

Perginya Sang Maestro Musik Liturgi dan Musik Daerah NTT

24 Januari 2020   10:56 Diperbarui: 24 Januari 2020   10:59 626 2
Di atas podium, Rektor Universitas Tadulako (Untad), Prof Dr Ir Muh Basir, SE, MS, bersiap menyambutnya dan menyerahkan penghargaan atas karyanya menciptakan lagu hymne Untad yang mengisi aktivitas civitas akademi ini hampir 35 tahun.

"Harapan saya untuk Untad, sudah tersirat dalam syair lagu ini. karena syair lagu ini berisi pesan dan doa serta harapan yang dibungkus dengan lagu, agar gaungnya sampai kepada pendengarnya," ujarnya saat itu.

Itulah sebuah pengakuan atas karyanya usai 35 tahun tak pernah ada kabar lagi setelah beliau menciptakan lagu hymne Universitas Tadulako pada medio 1980-an.

Pria tua berambut putih itu adalah Apoli Bala Wutun. Apoli Bala Wutun dilahirkan di  Lewuka, Lembata, NTT 75 tahun lalu. Bakat musiknya sudah tumbuh sejak berada di Seminari Menengah Dan Dominggo Hokeng. Hari-hari hidupnya dihabiskan dengan menghasilkan banyak karya lagu liturgi Gereja Katolik hingga menggubah lagu untuk lembaga pendidikan.

Sebelum pensiun, Apoli Bala adalah dosen Bimbingan dan Konseling (BK) untuk Program S1 di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Latar belakangnya sebagai dosen BK menjadi bekal utama baginya dalam menuntun kelompok paduan suara Sekar Sari yang didirikannya menjadi besar hingga terkenal saat ini.

Musik adalah segalanya. Musik adalah belahan jiwanya setelah cintanya untuk tiga anaknya dan istrinya. Hampir semua hari hidupnya diisi dengan menggubah lagu liturgi, mendaur ulang lagu musik liturgi hingga menjadi komposer Sekar Sari.

Lalu mengapa Apoli Bala disebut komposer musik liturgi ? Bagi penulis, semua warga katolik pasti akan mengingatnya dan lagu ciptaanya yang terpampang di semua buku lagu pujian misa. Salah satu yang fenomenal adalah "Cinta Kasih Allah".

Semangatnya dalam menuntun banyak orang mengenal musik liturgi tidak hanya berhenti pada pengabdiannya bagi lagu gereja katolik, lebih dari itu semangat kecintaannya tersirat pada gubahan lagu-lagu daerah Nusa Tenggara Timur.

Di 2015, dedikasinya untuk musik daerah NTT diganjar penghargaan oleh Radio Republik Indonesia sebagai orang yang paling berjasa dalam menghimpun dan mengembangkan musik daerah NTT.

Seperti itulah, Apoli Bala mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk mengembangkan musik liturgi dan musik daerah. Dalam diskusi bersamanya musik adalah segalanya. Musik bukan saja sebuah bentuk pujian bagi Tuhan tapi sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah kehidupan, termasuk kritik sosial atas kehidupan.

Hampir setiap lagu gubahannya berisi tentang kumandang pujian bagi Tuhan. Pria tua ini juga selalu menempatkan konseling dalam segala usaha mendorong musik liturgi dan musik daerah NTT.

Tidak ada waktu kosong yang dia sisihkan untuk kegiatan lain, selain bermusik. Barisan buku musik dengan beragam karya lagunya hampir terpampang di rumahnya. Dedikasi pada musik liturgi dan musik daerah ini turut mendorong beliau untuk terus menggali potensi musik liturgi dan budaya di NTT.

Beberapa jam yang lalu, Apoli Bala menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Siloam Kupang. Meski tubuh itu meregang kaku, saya percaya karya-karyanya tetap akan hidup dan menghiasi warga gereja katolik dan masyarakat NTT.

Selamat jalan sang maestro. Izinkan saya mengakhiri tulisan ini dengan mengucapkan "Selamat jalan Om Besa"...........

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun