Menurut Ridlo, penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena musim panen mangga yang kerap menghasilkan buah busuk dalam jumlah besar. "Mangga yang sudah busuk biasanya dibuang begitu saja. Oleh karena itu, saya bersama Yusron memutuskan untuk memanfaatkan nasi basi dan mangga busuk menjadi pupuk cair. Proses pembuatannya cukup mudah dan hanya membutuhkan waktu sekitar 6--7 hari," jelasnya.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pupuk ini sangat sederhana, yakni limbah nasi, mangga busuk, gula, dan air. "Hasilnya pun tidak kalah dengan pupuk cair yang dijual di pasaran," tambah Ridlo.
Penelitian ini mendapat dukungan penuh dari Kepala MTsN 6 Bantul, Mafrudah. Ia menyampaikan apresiasinya terhadap semangat dan kreativitas kedua siswa tersebut. "Kami sangat bangga dengan inisiatif dan prestasi Ridlo dan Yusron. Semoga penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan tetapi juga menginspirasi siswa lain untuk terus berkarya," ujar Mafrudah.
Novrita, selaku koordinator ekstra riset, juga merasa bangga mendampingi proses penelitian ini. "Anak-anak menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mencari literasi dari jurnal-jurnal ilmiah sebagai acuan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya kreatif tetapi juga memiliki dasar ilmiah yang kuat dalam karya mereka," ungkapnya.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan dampak positif, baik untuk lingkungan maupun masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga menjadi bukti nyata bahwa siswa MTsN 6 Bantul mampu berinovasi dan berpikir visioner dalam mengatasi permasalahan limbah sekaligus mendukung pertanian organik.
Kreativitas dan kerja keras Ridlo dan Yusron menjadi contoh nyata bagaimana generasi muda dapat berkontribusi bagi masa depan yang lebih baik. Semoga karya mereka dapat menjadi inspirasi untuk terus menciptakan solusi inovatif di bidang lainnya. (nov)