Semua Atas Kehendak Allah
Oleh Lidus Yardi
Andai Ustadz Abdul Somad (UAS) dulu menerima tawaran menjadi Cawapres Prabowo, maka fitnah yang dituduhkan kepadanya tidak akan datang selambat seperti saat ini.
Meski tidak menjadi Cawapres dan beberapa hari menjelang pemilu baru menyatakan sikap untuk memihak Prabowo, realitanya, kehormatan UAS tetap ditelanjangi, fitnah keji tetap dituduhkan kepadanya.
Namun, semua itu justru membuka kedok dan meyakinkan siapa pihak sebenarnya yang selama ini suka menyebarkan hoax. Mereka panik, akun twitter tokoh-tokoh pendukung Prabowo mereka bajak lalu digunakan untuk menyebarkan fitnah.
Atas kehendak Allah, kita semakin bisa melihat dan menilai akhir-akhir ini siapa sebenarnya orang-orang pendukung dibalik setiap paslon presiden. Begitu paradoks, meski pun diantara mereka tidak ada yang sempurna.
Kampanye terakhir di GBK benar-benar menjadi pembelajaran kita bersama. Sebagai Cawapres, Sandiaga Uno bukanlah ulama namun kampanye 02 di GBK justru dimulai dengan tahajud dan Subuh berjama'ah. Ada kesejukan dalam tatapan mata kita. Tidak berserakan sampah setelah acara selesai.
Tapi, Cawapres Ma'ruf Amin disebut sebagai seorang ulama, tapi kampanye terakhir 01 di GBK justru dimeriahkan oleh pendukungnya dengan dentuman musik dan joget-joget. Selesai acara, sampah berserakan di mana-mana. Kotor.
Atas kehendak Allah pula, bobrok menyangkut proses pelaksanaan Pemilu semakin terbongkar. Meski hukum bisa dimainkan, tapi hati dan pikiran rakyat tidak bisa dibohongi untuk menilai bahwa ada upaya kecurangan dan modus licik yang sedang terjadi di Pemilu saat ini.
Bayangkan, ribuan amplop disiapkan untuk serangan fajar dan nama seorang menteri disebut-sebut terlibat memberi milyaran rupiah untuk kegiatan haram tersebut. Segala upaya licik mereka usahakan, kekuasaan mereka gunakan.
Dimulai dari data pemilih Pemilu yang amburadul, datangnya TKA asing secara masif, e-KTP yang berceceran di mana-mana, surat suara yang tercoblos calon tertentu, kacaunya pelaksanaan Pemilu di luar negeri, jelas menunjukkan pelaksanaan Pemilu saat ini--menurut beberapa tokoh--yang terburuk dari sebelum-sebelumnya.
Jauh hari, bahkan sejak Pemilu 2014 sebenarnya telah tercium agenda berbau asing untuk meloloskan sosok tertentu sebagai Presiden Indonesia. Tidak heran, sekitar 4,5 tahun belakangan ini hal-hal yang berbau asing itu pun terasa. Misalnya, banyaknya tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia.
Maka, dengan Capres yang sama, kehangatan Pemilu 2014 dengan Pemilu 2019 terasa tidak jauh beda. Bedanya, hari ini, beberapa tokoh agama yang kondang dan dihormati umat Islam Indonesia tidak lagi tinggal diam, mereka tampil secara terang-terangan untuk ambil perubahan. Muncullah sosok seperti UAS, UAH, UBN, dan Aa Gym.
Keberpihakan tokoh-tokoh panutan umat ini terhadap satu paslon Presiden dan Wakil Presiden merupakan isyarat, bahwa perjalanan dan kondisi bangsa belakangan ini tidak sebaik yang kita duga. Dan kita pun bisa merasakannya. Untuk itu, mari kita bersama menyongsong perubahan.
Wallahu A'lam
Senin, 10 Sya'ban 1440 H