Mendekati akhir bulan Agustus lalu saat sedang berselancar di laman Facebook, sebuah pemberitahuan yang di-upload salah satu tabloid lokal Medan sekejap menarik perhatian saya. Pada poster hitam putih itu sebuah tulisan besar Medan Heritage Tour dan sub-headingnya, yakni tema acara tentang Cerita Medan Tempo Doeloe, segera memancing rasa ingin tahu. Apalagi serangkaian kegiatan acara yang tertera, seperti parade komunitas vespa dan ontel, live music, Medan community gathering, tampaknya menjanjikan nuansa acara yang meriah dan menarik. Mumpung di Medan jarang ada event unik yang menekankan konsep pelestarian situs-situs bersejarah yang dikemas untuk anak-anak muda.
Akhirnya setelah menunggu dengan antusiasme tinggi, tanggal 31 Agustus pun tiba. Saya sampai di lokasi acara, yakni pelataran parkir gedung kantor pos Medan, beberapa menit sebelum waktu dimulainya acara pada pukul 19.00. Namun semangat saya yang meluap-luap agak menurun sewaktu melihat kondisi sekitaran yang unexpectedly silent, seolah tak ada tanda-tanda akan ada acara besar dan pelataran parkir pun tampak cukup sepi. Bahkan sempat terlintas di benak saya, jangan-jangan salah lihat tanggal acara nih… Lantas, saya tetap berpikir positif dan memilih menghabiskan waktu sampai jam 7 nanti di Merdeka Walk, salah satu tempat hang out terkenal di Lapangan Merdeka.
Selanjutnya, acara hiburan pun secara bergilir ditampilkan. Barisan anggota klub Marching Band USU berderap masuk seraya memainkan alat-alat musik dan bendera.
Tapi baru beberapa kali jepretan, atraksi marching band-nya diakhiri dengan cepat. Salah seorang penonton di samping saya menyeletuk, “Kok udah selesai ya? Temponya masih gantung tuh!” Meski tak paham musik, saya sih setuju kalau kebanyakan penonton masih kurang puas dengan pertunjukan singkat itu.