Seorang filsuf dari Amerika (1939) bernama David Allen Kolb berhasil mengembangkan teorinya dengan menekankan pengalaman belajar paradigma dengan teori eksperiental learning. Selama intervensi menggunakan experiential learning, guru/guru bertindak sebagai fasilitator, yaitu guru hanya memberikan instruksi (instruksi) dan tidak memberikan informasi secara sepihak, dan menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Setelah seorang anak menyelesaikan suatu kegiatan, dia kemudian akan melepaskan pengalamannya sendiri. Dengan demikian, pembelajaran dalam metode ini akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak untuk lebih memahami manfaat dari ilmu yang dipelajarinya. Kelemahannya adalah tidak semua materi pembelajaran  dapat dianalisis dan direkonstruksi menggunakan model ini. Dalam hal ini, guru harus cerdas dan kreatif untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk experiential learning untuk mencapai efektivitas yang optimal.Â
KEMBALI KE ARTIKEL