Ibu,
Sudah jauh jalan ini kutempuh, langkahku gontai menahan tubuh lunglai yang penuh peluh. Sungguh aku tak ingin mengeluh.
Aku hanya ingin seperti embun pagi yang indah sesaat, lalu dengan rela lenyap oleh angin. Agar hilir pertanyaanku menemukan hulu jawaban. Biarlah hidup sekali berarti lalu mati.
Namun, sepotong hati selalu rindu. Seperti sauh yang ingin bersandar di dermaga. Ingin sejenak kusandarkan mimpi-mimpi untuk terus lanjut berlari mengejar visi.
Ibu,
Dalam hening aku rindu pelukmu. Aku ingin pulang melepas penat, namun kerinduan ini hanyalah kerinduan, anakmu sekarang banyak menahan beban
Ibu,
Maafkan anakmu belum bisa pulang.
Tangerang, 18 Febuari 2020