Mohon tunggu...
KOMENTAR
Horor

Koridor Tanpa Ujung: Kisah Jiwa yang Kembali Menyatu Bersama Raga (Mati Suri)

10 Juni 2024   18:22 Diperbarui: 10 Juni 2024   18:57 47 0

Malam itu gelap gulita ketika aku terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhku. Suara detak jantungku bergema di telingaku, menambah kecemasan yang kurasakan. Mimpi buruk yang baru saja kualami begitu nyata, seolah-olah aku terjebak dalam dunia lain.

Dalam mimpi itu, aku berjalan di koridor rumah sakit yang tak berujung. Dinding-dindingnya berwarna putih pudar, seolah-olah tidak pernah disentuh oleh manusia selama bertahun-tahun. Suara langkah kakiku menggema, menciptakan suasana yang semakin menyeramkan.Tiba-tiba, aku melihat seorang perempuan berpakaian rumah sakit berdiri di ujung koridor. 

Wajahnya pucat dengan mata kosong menatap lurus ke arahku. Aku mencoba berbicara, namun suaraku tercekat di tenggorokan, seolah-olah ada yang menahan.

Perlahan, perempuan itu mulai mendekatiku dengan langkah kaku. Setiap gerakannya membuat bulu kudukku meremang. Ketika jaraknya semakin dekat, aku melihat ada luka menganga di perutnya, seakan-akan dia telah mengalami sesuatu yang sangat mengerikan.

Aku berusaha melangkah mundur, namun kakiku seakan-akan terpaku di lantai. Perempuan itu semakin dekat, hingga akhirnya aku bisa merasakan nafas dinginnya di wajahku. "Tolong aku," bisiknya dengan suara serak.
Seketika, aku terbangun di ranjang rumah sakit dengan mesin-mesin berbunyi di sekelilingku. Seorang perawat memasuki ruangan dan terkejut melihatku sadar. "Anda sudah bangun," katanya dengan nada penuh keheranan.
Ketika perawat itu pergi, aku mulai merenungkan mimpiku. Apa yang baru saja kualami terasa terlalu nyata untuk disebut sekadar mimpi. Ada perasaan aneh di dalam diriku, seolah-olah aku baru saja mengunjungi tempat yang berbeda.
Dokter kemudian datang dan memberitahuku bahwa aku baru saja mengalami mati suri. "Jantung Anda berhenti selama beberapa menit," katanya. "Kami berhasil menghidupkan Anda kembali."
Berita itu membuat pikiranku berkecamuk. Bagaimana mungkin aku bisa bermimpi tentang koridor rumah sakit saat aku sedang tidak sadar? Apakah itu sekadar kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar mimpi?
Malam berikutnya, ketika aku mencoba tidur, aku mendengar suara-suara aneh di sekelilingku. Suara-suara bisikan yang tidak bisa kupahami, seolah-olah ada yang mencoba berkomunikasi denganku dari dimensi lain.
Aku berusaha untuk tidak memikirkannya dan memejamkan mata. Namun, seketika aku kembali ke koridor rumah sakit yang sama. Kali ini, koridor itu dipenuhi dengan bayangan-bayangan gelap yang bergerak dengan cara yang tidak wajar.
Aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Setiap kali aku mencoba melarikan diri, koridor itu semakin panjang, seakan-akan tidak pernah berujung. Bayangan-bayangan itu mendekat, membisikkan kata-kata yang tidak bisa kupahami.
Perasaan terjebak membuatku semakin panik. Aku berlari sekuat tenaga, berharap menemukan jalan keluar. Namun, tidak ada pintu atau jendela yang terlihat. Hanya ada dinding putih yang terus mengelilingiku.
Di kejauhan, aku melihat sosok perempuan berpakaian rumah sakit yang sama. Dia berdiri dengan punggung membelakangiku, dan aku bisa merasakan aura kesedihan yang mendalam darinya.
Aku memberanikan diri mendekatinya. "Siapa kamu?" tanyaku dengan suara gemetar. Perempuan itu berbalik perlahan, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Aku terjebak," jawabnya singkat.
Tiba-tiba, aku merasakan tarikan kuat yang menarikku kembali ke dunia nyata. Aku terbangun dengan nafas tersengal-sengal di ranjang rumah sakitku. Suara mesin medis di sekelilingku kembali terdengar jelas.
Hari-hari berikutnya, aku terus dihantui oleh mimpi yang sama. Setiap kali aku tertidur, aku kembali ke koridor rumah sakit yang tak berujung itu. Dan setiap kali, perempuan yang sama selalu ada di sana, seolah-olah menungguku.
Aku mulai merasa bahwa ini bukan sekadar mimpi biasa. Ada sesuatu yang mencoba berkomunikasi denganku, sesuatu dari dimensi lain yang aku tidak mengerti. Rasa penasaran dan ketakutan bercampur aduk dalam pikiranku.
Ketika aku berbicara dengan dokter tentang mimpiku, dia hanya menganggapnya sebagai efek samping dari trauma mati suri yang kualami. Namun, aku tahu ada sesuatu yang lebih dari itu. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan logika medis.
Aku memutuskan untuk mencari jawaban sendiri. Aku mulai membaca tentang pengalaman mati suri dan cerita-cerita tentang orang-orang yang mengalami hal serupa. Banyak dari mereka yang merasakan adanya dimensi lain yang mereka kunjungi selama mati suri.
Salah satu cerita yang paling menarik perhatianku adalah tentang seorang wanita yang mengaku melihat dunia lain selama mati suri. Dia menggambarkan tempat itu mirip dengan koridor rumah sakit yang kualami dalam mimpiku.
Aku merasa semakin yakin bahwa mimpiku bukanlah kebetulan. Ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh perempuan dalam mimpi itu. Aku hanya perlu menemukan cara untuk berkomunikasi dengannya.
Suatu malam, aku memutuskan untuk mencoba meditasi sebelum tidur. Aku berharap bisa memasuki mimpi itu dengan pikiran yang lebih tenang dan mencoba berbicara lebih banyak dengan perempuan tersebut.
Ketika aku tertidur, aku kembali ke koridor yang sama. Namun kali ini, suasananya sedikit berbeda. Koridor itu lebih terang dan bayangan-bayangan gelap yang biasanya menghantui telah menghilang.
Aku melihat perempuan itu berdiri di ujung koridor, menungguku. Aku berjalan mendekatinya dengan hati-hati, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takutku. "Apa yang kau inginkan?" tanyaku.
Perempuan itu menatapku dengan mata kosongnya. "Aku ingin kau menyelamatkanku," jawabnya. Suaranya terdengar penuh harap, namun juga penuh dengan kesedihan yang mendalam.
"Apa yang bisa kulakukan?" tanyaku. Perempuan itu mengulurkan tangannya dan aku merasakan hawa dingin yang aneh ketika menyentuhnya. "Ikuti aku," katanya sambil menarikku ke arah sebuah pintu yang tiba-tiba muncul di dinding koridor.
Kami memasuki pintu itu dan tiba-tiba aku berada di sebuah ruangan yang penuh dengan alat medis. Di tengah ruangan, terdapat sebuah ranjang dengan tubuh perempuan yang sama terbaring tak bergerak.
Aku melihat bahwa perempuan itu masih hidup, namun dia dalam keadaan koma. "Itu aku," katanya dengan suara lembut. "Rohku terjebak di sini, dan aku tidak bisa kembali ke tubuhku."
Aku merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. "Bagaimana aku bisa membantumu?" tanyaku. Perempuan itu menatapku dengan tatapan penuh harap. "Kau harus membangunkanku," jawabnya.
Aku mendekati tubuhnya yang terbaring di ranjang. Tanganku gemetar saat aku menyentuhnya, berharap ada keajaiban yang bisa terjadi. Namun, tidak ada yang berubah. Tubuhnya tetap diam tak bergerak.
Perempuan itu menatapku dengan tatapan penuh putus asa. "Kau harus kembali ke dunia nyata dan mencari cara untuk menyadarkanku," katanya. "Aku tidak bisa melakukannya sendiri."
Aku terbangun dengan perasaan campur aduk. Bagaimana mungkin aku bisa membantu seseorang yang terjebak di antara dua dunia? Namun, aku merasa harus mencoba. Aku tidak bisa mengabaikan permintaan perempuan itu.
Aku mulai mencari informasi tentang pasien koma di rumah sakit tempat aku dirawat. Setelah beberapa hari mencari, aku menemukan seorang pasien perempuan yang dalam keadaan koma selama beberapa bulan.
Nama perempuan itu adalah Livia. Ketika aku melihat fotonya, aku langsung mengenalinya sebagai perempuan dalam mimpiku. Aku merasa ngeri namun juga semakin yakin bahwa ini bukan sekadar kebetulan.
Aku memutuskan untuk mengunjungi ruangan tempat Livia dirawat. Ketika aku tiba di sana, aku merasakan aura yang sama seperti dalam mimpiku. Suasana ruangan itu membuat bulu kudukku meremang.
Aku duduk di samping ranjang Livia dan merasakan hawa dingin yang aneh. Aku mulai berbicara padanya, berharap bisa menemukan cara untuk membangunkannya. "Livia, jika kau bisa mendengarku, beri aku tanda," kataku.
Tiba-tiba, aku merasakan tangan Livia bergerak sedikit. Aku terkejut dan merasakan harapan yang besar. "Aku di sini untuk membantumu," lanjutku. "Aku akan menemukan cara untuk menyadarkanmu."
Hari-hari berikutnya, aku terus mengunjungi Livia dan berbicara padanya. Aku mencoba berbagai cara untuk membangunkannya, namun tidak ada yang berhasil. Namun, aku tidak menyerah.
Suatu malam, ketika aku kembali ke dunia mimpi, aku melihat Livia berdiri di koridor yang sama. "Kau sudah dekat," katanya. "Jangan berhenti mencoba. Aku bisa merasakan kekuatanmu."
Aku merasa semakin yakin bahwa ada cara untuk membangunkan Livia. Aku mulai mencari informasi tentang metode penyembuhan alternatif dan berbicara dengan berbagai ahli medis.
Salah satu ahli yang kutemui memberitahuku tentang terapi suara. Dia menjelaskan bahwa suara tertentu bisa membantu merangsang otak pasien koma dan mungkin bisa membangunkannya.
Aku memutuskan untuk mencoba terapi suara pada Livia. Aku membawa alat pemutar suara ke rumah sakit dan mulai memutar musik yang menenangkan di samping ranjangnya.
Ketika aku memutar musik itu, aku melihat ekspresi wajah Livia sedikit berubah. Aku merasa ada harapan baru. Setiap hari, aku memutar musik yang sama dan terus berbicara padanya.
Setelah beberapa minggu, aku melihat tanda-tanda kehidupan di tubuh Livia. Dia mulai menggerakkan tangannya lebih sering dan matanya terkadang berkedip. Aku merasa semakin dekat dengan tujuanku.
Suatu hari, ketika aku sedang memutar musik dan berbicara pada Livia, aku melihat matanya terbuka perlahan. Aku terkejut dan merasa air mata kebahagiaan mengalir di pipiku.
"Livia, kau berhasil!" teriakku dengan penuh emosi. Dia menatapku dengan mata yang masih lemah, namun ada kilatan kehidupan di dalamnya. Aku merasa lega dan bahagia.
Setelah beberapa bulan perawatan intensif, Livia akhirnya pulih sepenuhnya. Dia menceritakan pengalamannya selama koma dan bagaimana dia bisa merasakan kehadiranku di sisinya.
"Kau menyelamatkanku," katanya dengan suara lembut. "Aku tidak tahu bagaimana bisa membalasmu." Aku hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu adalah takdir yang mempertemukan kami.
Pengalaman itu mengubah hidupku selamanya. Aku tidak lagi meragukan adanya dimensi lain dan kekuatan dari dunia yang tidak terlihat. Mati suri menyadarkanku akan adanya hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika, dan itu membuatku lebih menghargai setiap momen dalam hidupku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun