Oleh : Elson S.H. Akihary
Suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Elvan, Ia adalah orang asli Maluku namun sejak lahir Ia hidup dan besar diluar daerahnya sendiri, saat ini Elvan telah selesai mengikuti pendidikan dari sekolah menengah atas asal daerahnya. Setelah itu Elvan bertujuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, Ia pun mengikuti seleksi nasional masuk perguruan tinggi dan pada akhirnya Elvan diterima disalah satu Universitas yang ada di kota Ambon. Elvan sangat senang dengan hasil seleksi yang diterimanya dan Ia dengan semangat mempersiapkan segala keperluan mengenai Perkuliahan yang akan dijalaninya. Setelah sampai di Ambon, Elvan mulai memasuki suasana lingkungan yang dimana Ia merasa belum terbiasa dengan tempat itu, padahal Elvan adalah putra asli Maluku hanya saja orang tuanya yang merantau dan menikah lalu tinggal diluar daerahnya sendiri. Saat memasuki hari pertama di kampus, Elvan bertemu dengan banyak teman-teman barunya. Ada beberapa teman yang berasal dari luar daerah juga namun tidak jauh dari wilayah Maluku seperti Ambon, Seram, Buruh, Malku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya. Elvan sangat senang berbaur dengan teman-temannya yang baru. Dan ada salah satu temannya yang bernama Paiter memang sangat dekat sekali dengan Elvan, hingga suatu hari Ia mau mengajaknya untuk jalan-jalan.
Paiter : "Elvan e! Mari katong baronda sadiki dulu par lia-lia kota Ambon ini."
Elvan : "Ado, memang katong mau bajalan kamana ini?, beta saja ada belum talalu hafal jalan-jalan di Ambon ini."
Paiter : "Ado, gampang itu nanti katong tinggal tanya di supir-supir oto saja pasti dong su tahu jalan-jalan dalam Ambon ini."
Elvan : "Oh iya, lalu skarang ini kira-kira katong mau pi bajalan kamana dulu?."
Paiter : "Katong ada rencana deng teman-teman mau bakumpul di lapmer ini."
Elvan : "Ado, lapmer itu artinya apa? deng akan pung tampa itu kira-kira ada di seblah mana?."
Paiter : "Tuangala Elvan e! Lapmer itu artinya lapangan merdeka deng akan punya tampa itu ada tengah-tengah pusat kota Ambon."
Elvan : "Hehehehe, maklum saja Pai beta ini kan anak Maluku tapi seng tau sama skali Maluku itu yang macam bagaimana?." (menunjukan sikap salah tingkah).
Paiter : "Hahahahaha, seng apa-apa jua kawan e! Ini kan ale pung rumah jadi ale musti tahu mana pintu yang ada di muka deng mana pintu yang ada di belakang." (sambil menepuk bahu Elvan).
Paiter : "Itu sudah kawan e! Dangke banya lai".
Setelah itu Paiter dan Elvan pergi ketempat yang sudah disepakati tadi. Setelah sampai di Lapangan Merdeka Elvan dan Paiter berjalan-jalan sambil menikmati keramaian pengunjung yang lainnya yang juga berada di sana. Elvan dan Paiter terus berjalan-jalan hingga akhirnya mereka sampai di gong perdamaian. Saat itu teman-teman yang lain juga datang ke tempat yang sama sesuai dengan sudah mereka sepakati bersama. Namun diantara semua teman-teman mereka, ada satu perempuan yang memang terlihat berbeda diantara mereka dan hal tersebut dapat dilihat oleh Elvan sehingga Ia berniat untuk berkenalan dengan perempuan itu.
Elvan : "Hai Nona, beta bisa minta kenalan dengan ale.?"
Velisia : "Oh iya boleh, beta nama Velisia." (sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman).
Elvan : "Kalau beta nama Elvan." (sambil menjabat tangan Velisia).
Paiter : "Teman-teman mari katong bajalan kembali ke lapmer."
Saat itu juga mereka berjalan kembali lagi menuju lapangan merdeka, Elvan masih terus saja tidak mau menjauh dari Velisia dan begitupun juga dengan Velisia yang selalu mau terbuka dengan sikap yang ditunjukan oleh Elvan. Sesampainya mereka di depan lapangan merdeka, salah satu teman yang bernama Rino datang.
Rino : "Halo teman-teman, jang marah beta datang terlambat, barang tadi beta pung oto terjebak macet di batu merah sana." (sambil berjabat tangan dengan teman-teman yang lain)
Elvan : "Ado seng apa-apa Rino, katong semua juga ada baru bakumpul saja sini jadi seng ada yang terlambat jua."
Velisia : "Sekarang katong mau bajalang kemana ini? Tadi kan semua sepakat kalau katong kumpul di lapmer baru bajalang kan."
Rino : "Sudah sekarang ini bagaimana kalau katong bajalang kearah jalan baru saja, karna di sana itu ada tempat-tempat bagus yang orang jaga bafoto-foto."
Paiter : "Oh oke sudah, kalau begitu mari katong bajalang."
Mendengar hal tersebut Elvan menjadi semakin senang karena disepanjang perjalanan Ia bisa berdekatan terus bersama Velisia. Disepanjang perjalanan mereka berdua terus bercerita dan saling membagikan pengalaman yang dimiliki mereka antara satu dengan yang lainnya. Saat mereka bercerita di sepanjang perjalanan, Velisia mengatakan bahwa Ia juga bukan berasal dari Ambon melainkan berasal dari Maluku Barat Daya, hanya saja orang tuanya yang sudah lama tinggal di Ambon untuk itu Ia mengikuti seluruh pendidikannya di Ambon. Setelah sampai di kawasan jalan baru. Mereka semua terkejut dengan pemandangan yang begitu Indah dimana tembok-tembok rumah yang di cat warna-warni dan juga beberapa lampion yang digantung dipinggir tembok-tembok dan beberapa payung yang digantung sehingga menambah mempercantik pemandangan. Mereka pun langsung memulai foto-foto dengan diri mereka sesuai dengan tempat yang diinginkan. Elvan juga hendak berfoto namun Ia mau agar dapat berfoto bersama-sama dengan Velisia.
Elvan : "Velisia, beta bisa minta foto deng ale." (bertanya sambil malu-malu).
Velisia : "Oh iya, mari katong dua gabung deng teman-teman supaya bisa foto sama-sama." (sambil menarik tangan Elvan).
Elvan : "Hhmm, beta sekarang ini ada cuma mau foto deng ale saja, beta seng mau deng yang laeng barang beta lia ale paleng cantik Velisia." (Sambil menunjukan senyuman yang tersipu).
Velisia : Hhhmm, dangke lai par ale pung pujian for beta, kalau begitu mari la katong dua lia tempat yang bagus par bafoto." (berjalan sambil memegang tangan Elvan).
Setelah mereka menghabiskan waktu untuk berfoto bersama, kini mereka akan segera kembali untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Saat itu Elvan tidak mau berpisah dari Velisia lalu pada akhirnya Elvan meminta nomor hand phonenya Velisia dan Velisia juga dengan senang hati memberikan nomor handphonenya kepada Elvan. Setelah pulang ke rumah masing-masing, Elvan dan Velisia selalu berkomunikasi melalui handphone untuk mengetahui keadaan mereka masing-masing. Mereka juga saling bertemu di kampus dan saling menyapa satu sama lain. Saat itu Elvan hendak mengajak Velisia untuk jalan-jalan namun tidak dengan teman-teman melainkan hanya mereka berdua sendiri.
Elvan : "Velisia, libur hari sabtu ini katong dua boleh jalan-jalan seng?." (bertanya dengan nada yang malu).
Velisia : "Hhhmm, mau jalan kemana, nanti beta ajak teman-teman yang lain lai biar rame to."
Elvan : "Ado beta cuma mau nanti katong dua yang jalan-jalan sendiri saja, seng usah ajak teman-teman yang lain. Nanti baru katong cari waktu yang lain saja dengan dong."
Velisia : "Hhhmmm, okelah, tapi ini nanti katong dua mau bajalan kemana saja?."
Elvan : "Nanti terserah Velisia saja mau bawa kemana kan beta juga masih  belum terlalu hafal banyak jalan di Ambon, sekali-kali kan cewe juga bisa bawa cowo bajalang." (sambil tersenyum menatap Velisia.
Velisia : "Oke, ale masuk ke kelas dulu sana jang sampe terlambat lai."
Elvan : "Hmm, iya beta masuk kelas dulu e! Dado!." (sambil melambai tangan pads Velisia).
Saat memasuki hari libur, Elvan dan Velisia pun pergi jalan-jalan sesuai dengan apa yang telah mereka sepakati bersama, mereka pergi nonton film bareng di salah satu Mall yang ada di Ambon, film yang mereka nonton bersama terlihat romantis dan hal itu juga membuat mereka semakin bermesraan antara satu dengan yang lain. Elvan yang sudah tidak tahan dengan perasaannya akhirnya diungkapkan kepada Velisia.
Elvan : "Velisia, beta ada mau bilang sesuatu par ale?" (dengan wajah yang tegang)
Velisia : "Mangapa Elvan? Bilang saja?."
Elvan : "Beta mau bilang kalau selama ini itu beta ada rasa suka par ale, dari awal katong dua baku dapa di gong perdamaian, beta sangat terpesona lihat ale pung raut wajah dan yang paling utama adalah ale pung senyuman. Untuk itu beta saat ini beta ada mau tanya apakah ale mau jadi beta pung pacar ka seng?." (sambil memegang tangan Velisia).
Velisa : "Elvan, dari awal juga pas beta lia ale itu sebenarnya beta juga su suka ale, cuma beta malu par mau ungkapkan akan, tapi karna sekarang ale su jujur par beta, bikin beta juga jadi senang deng beta juga mau terima ale jadi beta pung pacar dengan senang hati. Namun disini beta perlu ingatkan satu hal par ale, bahwa jika ada suatu masalah yang menghampiri katong dua pung hubungan ini, maka beta harap jangan diantara katong dua yang mau balari ataupun sampe putus, karena dari awal beta su paleng hargai hubungan deng ale saja Elvan." (sambil menatap wajah Elvan dengan serius).
Elvan : "Velisia, betul ini ale mau terima beta jadi ale pung pacar. Beta paleng bangga deng paleng ale paskali, beta juga akan hargai  hubungan yang katong dua su ika akan ini jang biarakan sampai akan putus dari berbagai masalah yang ada par katong dua pung hubungan. Terima kasih sayang, beta paling sayang ale." (sambil mencium kening Velisia).
Velisia : "Beta juga paleng sayang ale Elvan." (sambil memeluk Elvan).
Sejak saat itu Elvan dan Velisia resmi berpacaran. Hubungan yang mereka jalani penuh dengan kebahagiaan karena mereka selalu saling suport antara satu dengan yang lain baik dalam bangku perkuliahan ataupun kegiatan yang lainnya yang menambah semangat mereka dalam kuliah dan juga memperkuat hubungan yang dimiliki oleh mereka. Hubungan mereka telah berjalan selama empat bulan dan pada saat itu Velisia sudah sering mual-mual bahkan Ia juga sering pusing di dalam kelas saat proses perkuliahan sedang berlangsung. Mengetahui hal itu maka Elvan langsung menemui Velisia.
Elvan : "Velisia, kenapa beberapa hari ini beta liat ale tinggal mual-mual, terus ale pung teman juga bilang kalau ale pung kepala sering pusing  dalam kelas, ale sebenarnya ada sakit apa supaya nanti beta bawa ke dokter baru katong periksa."
Velisia : "Beta beberapa hari ini memang sering mual-mual terus tapi beta seng tau ini karna apa? Tapi setelah beta ingat-ingat kalau dalam tiga bulan sampe mau masuk bulan ke empat ini beta ada balom datang bulan dan setelah beta priksa hasilnya beta kaget dan seng beta bayangkan kalau barang ini akan terjadi."
Elvan : "Barang ale kanapa Velisia, coba kasih tau supaya beta juga tahu kalau ale sakit apa?."
Velisia : "Ale seng akan percaya kalau beta bilang hal ini." (sambil menunduk dan menutup mata).
Elvan : "Velisia, ose kanapa ini?." (mulai marah).
Velisia : "Beta su hamil 3 bulan Elvan!." (sambil mengeluarkan air mata)
Elvan : "Tuangala Velisia e! Kanapa sampe bisa macam begitu?. (sambil bingung,marah dan kesal).
Velisia : "Ini ale pung anak Elvan ini ale pung darah daging jadi ale musti tanggung jawab. Ingat katong dua pung komitmen yang katong su pegang akan dari awal kalau katong seng boleh lari dari segala masalah yang datang dalam katong pung hubungan sebesar apapun itu. Katong dua harus yakin bahwa katong harus tanggung ini berasama-sama.
Elvan : "Iya beta tahu itu, tapi bagaimana deng beta orang tua, ale pung orang tua bahkan katong punya perkuliahan ini akan bajalang mo bagemana Velisia e! Beta seng tahu lai harus mau bikin apa dengan cara yang macam bagini beta su seng tahu mau cari akan pung jalan keluar dari mana lai." (sambil duduk dan menangis).
Velisia : "Elvan, beta mohon kalau ale musti ada deng beta supaya apapun yang terjadi par katong dua yang beta tahu ale masih tetap ada for beta deng beta juga akan selalu tetap ada for ale. Katong harus kuat hadapi persoalan ini, percayalah bahwa semua pasti ada jalan keluarnya." (sambil menangis memeluk Elvan).
Elvan : "Baiklah, sebagai laki-laki sejati maka beta akan tanggung jawab atas perbuatan yang beta lakukan for  ale, beta akan cari solusi par katong dua pung hubungan, seperti yang ale bilang kalau susah senang harus torang dua rasa akan." (Elvan juga menangis sambil memeluk Velisia).
Pada akhirnya Elvan dan Velisia menghubungi pihak keluarga mereka untuk mengetahui permasalahan yang sedang mereka hadapi. Kedua orang tua dari masing-masing pihak sangat merasa tidak sangkah mendengar hal seperti ini sehingga mereka bingung mau melakukam apa?. Namun mau diaktakan seperti apa lagi bila nasi sudah berubah menjadi bubur, sudah terlambat untuk disesali dan pada akhirnya kedua orang tua dari pihak laki-laki dan pihak perempuan meminta mereka menikah dan setelah itu akan kembali melanjutkan aktivitas mereka sebagai mahasiswa. Pada akhirnya Elvan dan Velisia pun menikah dan ketika Velisia Melahairkan sang anak langsung di jaga oleh orang tua Elvan. Saat itu Elvan dan velisia kembali menjalani hubungan mereka namun lebih kearah yang lebih baik dalam kehidupan mereka dan juga anak mereka. Elvan dan Velisia telah membuat satu komitmen dalam kehidupan mereka bahwa kehidupan memanglah satu perjalanan yang penuh banyak rahasia, tetapi semua itu dapat dilalui  dengan keyakinan dan tekat yang kuat untuk merubah segala sesuatu ke arah yang lebih baik.
Selesai.