Bagaimana Media Mengisi Hari-hari Kita
Pagi hari dimulai dengan ritual yang kini telah menjadi universal, seperti mengecek smartphone. Fenomena ini mencerminkan apa yang disebut Nicholas Carr dalam "The Shallows" sebagai ketergantungan kognitif terhadap teknologi digital. Internet telah mengubah tidak hanya apa yang kita baca dan bagaimana kita membaca, tetapi juga cara otak kita memproses informasi. Setiap pagi, kita disambut dengan banyaknya notifikasi pesan, dan berita. Neil Postman menyebut ini sebagai “Information-Action Ratio” atau situasi di mana kita kebanjiran informasi tapi bingung harus berbuat apa dengan informasi tersebut.
Memasuki siang hari, media yang kita gunakan bergeser ke platform yang lebih berorientasi pada produktivitas seperti laptop dan komputer kantor yang menjadi pusat aktivitas kerja kita. McLuhan menyebut fenomena ini sebagai "perpanjangan panca indra manusia," di mana teknologi menjadi perpanjangan dari kemampuan otak kita. Namun, seperti yang diingatkan Postman dalam "Amusing Ourselves to Death,” dibalik teknologi yang menawarkan banyak manfaat, ada harga yang harus dibayar (dampak negatif yang perlu diperhitungkan) seperti fragmentasi perhatian dan pendangkalan pemikiran.
Malam harinya kita mengkonsumsi media untuk hiburan dan relaksasi. Platform streaming seperti Netflix dan Disney+ telah mengubah bagaimana cara kita mengonsumsi konten hiburan. Ini menegaskan prediksi McLuhan tentang "Global Village" di mana batasan ruang dan waktu menjadi semakin kabur dalam konsumsi media. Seperti yang dikhawatirkan Naomi Baron dalam "Always On," kemudahan akses ini juga membawa risiko isolasi sosial dan perubahan fundamental dalam cara kita berinteraksi dengan sesama.
Dampak pada Kehidupan Sosial dan Kognitif