Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Didi Kempot dan Orang-orang Pinggiran

6 Mei 2020   12:25 Diperbarui: 6 Mei 2020   15:53 38 0
Ada yang hidup ketika menonton konser Didi Kempot. Aura kebahagiaan atas kepedihan menjadi teman yang setia di setiap nada-nada terlantun. Suara keresahan mengalir deras lewat mulut-mulut yang tertutup. Hidup terasa berat dan hanya bisa dimengerti lewat nyanyian Kempot.

Ini bukan cuma keresahan orang yang patah hati. Syair Didi Kempot mewakili susahnya hidup orang-orang terpinggir. Dalam kepedihan, dalam perjuangan memenangkan 24 jam, Didi Kempot menguatkan kepedihan itu lewat nyanyian. Dan lebih lagi didendangkan sambil bergoyang dengan mata tertutup. Yah hidup itu bukan cuma soal putus cinta, tapi soal janji-janji palsu orang-orang terpilih yang sudah ingkar di jalanan.

Yah hidup ini hanya seperti ini. Seperti nyanyian seorang pemulung saat pagi menjemput. Disetel radio buntutnya, Sang Kempot meronta perlahan tanpa dentuman bas, Ia pun meninggalkan rumah menjemput rongsokan bekas para penikmat minuman berkelas.

Yah hidup ini hanya seperti ini. Seperti nyanyian kenek oplet yang hampir saja tersambar omelan bos akibat belum sempat mencuci mobil kemarin. Sang Kempot menemani di perempatan jalan, Si kenek hanya merenung sebentar sambil terus berteriak minta pelancong naik ke keretanya.

Yah nyanyian Kempot bukan hanya nyanyian patah hati, lebih dari itu nyanyian orang-orang yang tersandera waktu untuk menyelesaikan hidupnya.

Maka, engkau akan menemukan aura kemenangan di setiap konser-konser Didi Kempot. Yah konser kemenangan akan hidup di atas panggung sandiwara yang tak pernah selesai. Ada nada yang tak bisa disampaikan, lewat lagu-lagunya Didi memenangkan kerinduan hati yang resah.

Selamat jalan Didi Kempot, Pejuang Kehidupan orang-orang terpinggir

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun