Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Indonesia Tanah Air Beta

19 Februari 2011   07:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 134 0
“Indonesia tanah iar beta ,Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala selalu dipuja puja bangsa”

Mengingat penggalan lagu diatas sejenak kutertegun dan berpikir,dalam hati ku bertanya dan mencoba berinterpretasi atas kalimat “Indonesia sejak dahulu kala selalu dipuja puja bangsa”. Dalam benak ku tersirat keraguan masihkan pujaan itu ada sampai detik ini. Bangsa yang besar, melimpah dengan kekayaan alam dan budaya yang unik. Masyarakat yang ramah dan semangat kekeluargaan yang kental di tengah- tengah masyarakat. Kondisi Diatas Mungkin alasan bangsa lain dahulu kala memuja muja bangsa ini. Masihkah itu ada saat ini ?. Hmmm..lagi lagi ku tertegun dan berpikir sejenak, mengingat perjalanan hidup di bumi Indonesia tercinta ini. Walau berat kuakui kondisi itu masih ada, Kuteringat kampung halaman . Desa kecil nan Asri . Jauh dari hiruk pikuk metropolitan. Suara burung bekicau dipagi hari akan menyambut kala kita ada didesa itu. Masyarakat yang peduli satu sama lain .Ubi bakar dan daun singkong menjadi menu favoritku ketika menghabiskan masa kecil dikota itu.Memancing ikan dikolam keluarga kegemaranku sambil menghabisakan senja sesudah selesai menggembalakan kerbau. Mungkin desa itu lebih cocok menjadi minitur Indonesia yang dipuja – puja bangsa pikirku dalam hati. Tapi bangsa lain kan tidak tahu akan desa itu,pikirku lagi. Payah, berarti pujaan itu tidak ada lagi. Lagi – lagi ku belum percaya, sejenak kulihat indahnya pantai dipinggiran kota tempatku sekarang. Nelayan dengan segala peralatannya siap-siap melaut .Hmmm..mungkin semangat juang mereka juga yang dipuja –puja bangsa dahulu kala pikirku. Ya,kuteringat pelajaran sejarah disekolah dulu.Kerajaan – Kerajaan dinusantara ini sangat disegani .Bangsa-bangsa lain rela berperang demi merebut semua yang ada dibumi pertiwi ini. Tapi itu kan dulu, pikirku lagi. Okelah kalau begitu, kita lupakan masa lalu. Mari kita lihat kondisi bangsa ini sekarang. Kondisi yang layak menjadi alasan bangsa lain memuja- mujanya.Yach ,kalau itu jadi rumit urusannya. Mesti siapkan dana jutaan,atau bahkan sampai milyaran,untuk mengadakan survey yang kredibel.Hah…sampai segitunya …Pikirku lagi dalam hati. Kan bisa kita gambarkan kondisi bangsa yang besar ini dan biarkan pembaca yang menilai ( atau kalau meminjam istilah para politikus dinegeri ini “biar kan rakyat yang menilai”, padahal semua ungkapan itu kamuflase belaka.). Okelah,ide itu bagus juga pikirku. Sejenak ku mengiangat apa yang paling menarik perhatianku beberapa hari ini. Kuingat sejenak . Ya, kuteringat pengumuman hasil UN dikalangan SMU. Tanpa pikir panjang ku teringat berita didaerah ini,tempat ku sekarang mengabdi. Diprovinsi ini tingkat kelulusan dibawah 50 %. Memprihatinkan memang bila melihat semua ini. Lebih memprihatinkan lagi , pemerintah selalu ngles dengan alasan akan diambil langkah langkah perbaikan. Cerita lama, ujarku dalam hati. Bosan mendengarnya,walau tak bisa juga berbuat apa-apa,selain berharap Yang Kuasa merubah Hati sang pengusaha dibumi pertiwi ini.Kuteringat sudah mulai tahun 2003 , dimulai ketika beta (artinya = Saya ,,,hehehehe..maklum lah harus membaur dengan Budaya lokal )masih duduk dikelas 3 SMU, UN menjadi penentu Kelulusan siswa .Dalam hati ku bertanya ,sampai kapan pemerintah akan menjawab “akan dievaluasi’.Hehe…memang saya bukan ahli pendidikan,pikirku.Tapi sepertinya masih ada banyak perkara pendidikan dinegeri ini yang butuh perhatian daripada sekedar mengadakan Proyek besar bernama UN. Hmmmm..Lagi-lagi kuteringat kampung halaman..( maklumlah selain emang bisa jadi gambaran,kuemang lagi Rindu suasana desa nan asri itu ) .Kuteringat disekitar kampung beta itu ada ada 8 kampung . Dan disekitar itu ada 3 Sekolah dasar,bisa bayangkan kan.Akan ada anak desa yang bersekolah kedesa lain. Saya termasuk didalamnya.Ya , 6 tahun lamanya , setiap pagi kuharus tempuh perjalanan 4 Km tuk sekolah.Menyedihkan, mungkin itu ungkapan orang ketika mendengarnya.Tapi tidak bagi saya, tu bagian yang asyik dan menakjubkan ,menimba ilmu layaknya anak anak di Film “Laskar Pelangi”. Hal yang paling kubenci waktu itu adalah bila hujan menguyur desa dipagi hari. Hmmm..Mungkin yang membaca tulisan ini berpikir saya dan anak desa tidak pergi kesekolah. Hahahahaaha…sama sekali tidak kawan,walau hujan badai datang kami kan tetap pergi belajar.Ya,ibu tercinta selalu siapkan payung atau sekedar Plastik pengganti Jas Hujan.Hari sabtu adalah hari yang selalu paling kutunggu dimasa kecil itu. Hari sabtu dikecamatan ada Pasar.Dan didesa tetangga tempat saya bersekolah adalah pangkalan tempat masyarakat dari berbagai desa dijemput kenderaan untuk kekecamatan .Setiap sabtu saya pasti berjumpa dengan ayah tercinta disini pulang sekolah,dan saya pasti diberikan jajanan Goreng pisang kesukaan saya.Lebay deh….Hehehe..ya Gitu dech. Kok gak berhubungan dengan pendidikan ,gumam pembaca mungkin. Hehehe..saya sengaja sedikit membawa anda ke desa saya. Desa yang membesarkan saya .Tapi taukah anda ,diatas sudah saya sebutkan ada 3 sekolah disekitar desa saya. Hal yang tak pernah dipikirkan penguasa negeri ini adalah Kualitas sekolah tersebut. Sejak saya menimba Ilmu disana sampai saya melalang bualang ketimur Indonesia ini, Sekolah tempat anak bangsa menimba ilmu itu selalu kekurangan Guru. Ada sekolah yang hanya diajar 3 guru ,ada yang 4 guru. Ajaib kan,ya tapi itulah sekolah saya . Waktu Saya menimba ilmu disatu sekolah disana ,sekolah itu hanya ada 4 guru sudah termasuk Kepala Sekolah .Tapi mungkin masyarakat desa disana tidak terlalu berharga bagi penguasa dineg’ri yang dulu dipuja-puja ini. Masih jelas dalam ingatan saya ,guru – guru disekolah itu selalu hilir mudik dari satu kelas kekelas lain, kar’na satu guru harus mengajar 2 kelas. Puluhan tahun kondisi itu terjadi sampai hari ini.Kalau kita yang berwenang ,maka jangan heran seribu alasan akan keluar dari bibir mereka.Hmmmm…aneh juga bukan…masih kah bangsa ini dipuja-puja dengan kondisi itu pikirku dalam hati. Setali tiga uang,kondisi bangsa ini sisillain masih amburadul, korupsi merajalela. Setiap hari media informasi tidak lelah membritakan berbagai kasus diinstansi-isntansi pemerintahan. Lembaga yang dikelola oleh orang – orang berpendidikan tinggi tapi tak punya hati. Ya,hati ini seakan tak percaya alasan yang selalu dikatakan . Kesalahan administratif dan sanksinya pun sangat ringan. Bangsa yang dahulu kala dipuja-puja ini berada dalam deretan Negara paling korup didunia. Menyedihkan.Ya,sangat memilukan ,Bukan karena kondisinya, tapi karena komentar- komentar penguasa dinegeri ini yang selalu mengagung-agungkan bahwa bangsa ini bangsa yang maju dan sangat berhasil. Berhasil dari hongkong ,pikirku. Di neg’ri yang kaya raya ini masih banyak rakyat untuk mendapatkan sebutir nasipun susah .Dan rakyat itu banyak berada diprovinsi yang kaya raya.Papua Misalnya,provinsi diufuk timur ini sangat kaya.Alam yang indah, kekayaan laut yang melimpah,tambang yang tak habis-habisnya.Tapi Ironis,semua itu tidak dinikmati masyarakat asli papua tercinta. Masihkah bangsa ini dipuja-puja dikala kesenjangan antara kaya dan miskin bagai langit dan bumi .Mungkin masih ada alasan lain memuja bangsa ini.Keramahan penduduk misalnya,pikirku. Sejenak kuberpikir lagi,sambil menikmati segelas kopi yang menjadi kegemaranku disore hari (maklum tulisan ini kugoreskan sambil menikmati sore hari nan indah dipingggir pantai sambil berharap bulan april cepat berlalu). Kuteringat lagi akan b’rita heboh beberapa minggu lalu. Tragedi dimakam Mbah Priok. Masyarakat yang sehari-hari hidup berdampingan harus saling membunuh karena kepentingan elit-elit yang tak punya hati nurani. Perkelahian antar desa di salah satu desa Di NTB yang tak kunjung usai (jangan heran ya, saya tahu karena sering kali diangkat menjadi bagian salah satu berita diprogram Suara Anda disalah satu Stasiun TV ). Penggusuran yang selalu berakhir ricuh.Bahkan Perkelahian anggota DPR. Semua itu memberi gambaran betapa rapuhnya kepedulian diantara sesama ditengah bangsa yang kaya budaya ini. Kita seakan sering lupa, kalau orang yang disekitar kita adalah rekan sebangsa setanah air.Terakhir kali ku bertanya, masihkah bangsa yang kaya budaya ini menjadi pujaan bangsa lain?. Biarlah rumput yang bergoyang yang menjawabnya. Seperti penggalan senandung Ebiet G ade ,lagu kegemaranku. Bagiku secara pribadi yang menjadi kebanggaan dibangsa ini adalah semangat para petani yang tak kenal lelah walau tidak diperhatikan penguasa, semangat hidup para pedagang asongan yang selalu penuh harapan. Keceriaan ibu-ibu dipasar walau pendapatan dari penjualan tak sesuai harapan. Bahkan semangat hidup masyarakat Sumba timur (salah satu kabupaten diprovinsi tempat beta sekarang ) mencari ubi hutan untuk persediaan makanan karena bencana kekeringan yang melanda kabupaten ini. Ini mungkin lebih layak dipuja dari pada hal-hal yang selama ini dibangga banggakan penguasa dinegeri ini dengan angka –angka atau persentase yang tak kunjung berdampak pada kesejahtraan rakyat kecil. Oh,ya saya hampir lupa, teringat kampong halaman lagi nih,tahukah anda sampai sekarang kondisi yang kualami dulu dimasa kecil, masih dialami anak –anak yang beranjang dewasa didesa itu.Pagi hari, jam 6 tepat harus berangkat sekolah. Hmmm..cepat amat,pikir pembaca mungkin.Diatas sudah saya lukiskan harus berjalan sekitar 4-5 km gitu . Jadi butuh sejam lebih, biar bisa santai. Semangat mereka bangun pagi dan pergi mengarungi kerasnya jalanan setiap hari, mungkin masih menyisakan pujaan bagi bangsa ini. Itulah Indonesia Tanah Air Beta. Neg’ri yang kaya raya , minimal dalam literatur. Neg’ri yang menyisakan sejuta persoalan yang butuh kemurahan tangan Sang Pencipta Alam semesta. Masihkah saudara menemukan hal yang layak dibanggakan dibangsa yang besar ini?. Atau saudara tak pernah peduli akan persoalan segudang dine’gri ini. Pernahkah saudara kasihan melihat masyarakat yang mencari sebutir nasi ( lagi2 sebutir yach) saja susah setengah hidup. Jangan-jangan yang selalu kita pikirkan adalah masalah kenaikan gaji, kapan kredit rumah, kapan bisa beli mobil, atau weekend kemana ya…gak salah sih. Tapi gak salah juga kan kalau sekali kali kita sambil minum kopi seperti saya ini memikirkan nasib orang lain. Oke dech, selamat beakhir pecan ya. Dan selamat mengakhiri bulan april penuh kecewa ini( Ya ,bulan ini saya ada banyak kecewa termasuk kekalahan Barcelona disemifinal LC hehehe,Lebay ….), dan esok menyambut Bulan baru. Bulan yang sering diperalat orang bila ditanya kapan menikah. Dengan jawaban may be yes, may be No. Selamat menyambut Bulan mei, yang pasti akan diawali dengan unjuk rasa diseantero neg’ri ini. Maklum kawan-kawan dari serikat buruh pasti turun kejalan demi perbaikan nasib mereka. Selamat hari buruh Juga .Selamat menikmati kehidupan baru, dibulan baru ,dineg’ri yang dahulu kala selalu dipuja-puja bangsa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun