Di seberang pagar, beberapa tentara tertawa riang penuh senda gurau satu sama lain. Salah satu dari mereka meluruskan senapanya dan membidik tepat untuk anak itu.
Memicingkan mata kirinya dan perlahan menarik pelatuknya. Peluru menyusur laras yang panjang, melewati jarak pendek antara tentara dan anak itu sesaat sebelum kepala anak itu tembus dengan air mancur darah.
Anak itu tersungkur berkalang tanah seketika, darahnya terserap tanah yang berubah jadi genangan merah kehitaman.
Para serdadu lainnya bertepuk tangan, saling mengucapkan selamat kepada rekannya yang menembak dengan jitu pada buruannya.
Mereka menceritakan adegan itu secara berulang-ulang saat kembali ke barak, mengetahui bahwa mereka memiliki dukungan penuh tidak hanya dari komandan, namun pemerintah mereka atas tindakan mereka.
Lagipula, anak itu bukan salah satu dari mereka, dia hanyalah seorang yang bernasib sial dan dipandang sebagai bukan bagian dari ras manusia.
Gambaran di atas adalah sedikit cerita dengan dramatisasi dari cuplikan pada kejadian nyata. Anda sudah dimaafkan jika Anda berpikir Anda lebih tahu keadaan dari tindakan di atas. Hal ini berkaitan dengan kejadian ketika Nazi milik Hiter di Jerman dan Polandia pada 1940-an.
Dan Anda tentunya benar, ini telah diabadikan pada adegan di film perang yang tak terhitung jumlahnya. Tepatnya adegan ini adalah bagian ter-penting dalam film Schindler's List, dan menjadi salah satu dari banyak alasan Schindler mengkhianati negaranya sendiri dengan membantu orang-orang Yahudi di Jerman.
Tapi tentara diatas bukan sedang berada di Jerman. Ini mungkin juga terjadi pada saat ini, tahun 2012. Mungkin seperti itulah adanya Palestina.
Dengan begitu banyak orang yang telah meninggal di Palestina dan Israel selama beberapa minggu terakhir. Maka imajinasi liar kita bisa membawa kita pada kenyataan akan sebuah inspirasi yang terdapat pada sebuah adegan di film.
Ini bukan hasutan, ini hanya kemungkinan dan liarnya sebuah pemikiran.
Mungkin itu pula yang dialami para Yahudi ketika itu, dan mungkin ini pula terulang pada Palestina. Karena perang pada dasarnya adalah membunuh orang tak berdosa dengan dalih mencari yang tak sejalan.