Setiap pagi, Jojo akan berlari ke rumah Aji, mengetuk pintu kayu sambil berteriak, "Aji, ayo kita ke sungai!" Aji, meski seringkali masih mengantuk, tak pernah menolak ajakan Jojo. Sungai itu adalah tempat favorit mereka. Di sana mereka akan bermain air, menangkap ikan kecil, atau sekadar duduk di atas batu besar sambil memandang langit. Â
Suatu hari, saat mereka sedang asyik bermain, Jojo menemukan sebuah batu aneh berwarna biru kehijauan yang berkilau di bawah sinar matahari. "Lihat ini, Aji!" seru Jojo dengan mata berbinar. "Mungkin ini harta karun!" Â
Aji mengamati batu itu dengan teliti. "Sepertinya ini bukan batu biasa," gumamnya. "Bagaimana kalau kita bawa ke Pak Darman? Dia kan suka mengumpulkan batu-batu aneh." Â
Pak Darman, seorang lelaki tua yang tinggal di pinggir desa, dikenal sebagai orang yang pandai membaca tanda alam. Saat Jojo dan Aji menunjukkan batu itu, mata Pak Darman langsung melebar. "Ini adalah Batu Serayu," katanya penuh kagum. "Konon, batu ini hanya ditemukan oleh mereka yang berhati tulus." Â
Pak Darman melanjutkan, "Batu ini dipercaya dapat memberikan keberanian dan kekuatan kepada siapa pun yang memegangnya dalam keadaan genting." Â
Keesokan harinya, kabar menyebar bahwa sebuah jembatan kayu yang menghubungkan desa mereka dengan desa tetangga hampir roboh akibat banjir. Para penduduk desa bingung, karena jembatan itu adalah satu-satunya akses menuju pasar. Â
Jojo dan Aji memutuskan untuk membantu. Mereka membawa Batu Serayu ke lokasi jembatan. "Kita harus mencoba menyelamatkan jembatan ini," kata Jojo dengan semangat. Â
Dengan keberanian yang entah dari mana, mereka memimpin penduduk desa untuk memperbaiki jembatan sementara. Aji, meski biasanya pendiam, memberikan instruksi yang jelas dan tepat. Sementara Jojo, dengan energinya yang meluap, membantu mengangkut kayu dan memastikan semua orang tetap semangat. Â
Akhirnya, berkat kerja keras bersama dan mungkin sedikit bantuan dari Batu Serayu, jembatan itu berhasil diperbaiki sebelum banjir semakin parah. Â
Sejak hari itu, Jojo dan Aji semakin dihormati oleh penduduk desa. Persahabatan mereka pun semakin erat, bukan hanya karena petualangan yang mereka lalui, tetapi juga karena mereka telah belajar bahwa keberanian dan kerja sama bisa mengatasi tantangan apa pun. Â
Di bawah langit senja, mereka duduk di tepi sungai, memandangi Batu Serayu yang kini tersimpan dalam kotak kayu kecil. "Jojo," kata Aji, "batu ini mungkin istimewa, tapi persahabatan kita jauh lebih berharga." Â
Jojo tersenyum lebar. "Benar, Ji. Dengan atau tanpa batu, kita selalu bisa mengandalkan satu sama lain." Â
Dan di tepi sungai itu, dengan angin sepoi-sepoi yang membelai wajah mereka, Jojo dan Aji bersumpah untuk selalu bersama, menghadapi apa pun yang datang di masa depan.