Quarter life crisis atau dalam bahasa Indonesia krisis usia seperempat abad ini banyak di romantisasi gen Z menjadi sebuah masa krusial sekaligus sensitif dalam hidup. Hal ini terjadi karena banyaknya tekanan eksternal terhadap diri individu dengan rentang usia 18 sampai 30 tahun terkait pencapaian hidup. Padahal, pola tersebut adalah standar subjektifitas masyarakat dengan tanpa dasar namun membudaya. Selain itu, quarter life crisis terjadi karena rendahnya rasa menghargai diri, ketidakmampuan regulasi emosi dengan baik, serta persepsi yang keliru. Oleh karena itu, setiap individu terutama generasi Z sebagai aktor utama quarter life crisis abad ini, harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai krisis usia seperempat abad dengan tujuan meminimalisir probabilitas negatif yang dapat terjadi.
KEMBALI KE ARTIKEL