dan dia berbeda hingga munculkan rasa bersalah
salahkah mencintai laki-laki yang sembahyang di pura ?
kutanya bapakku yang tak menjawab kecuali menggelengkan kepalanya
aku mencintainya meski jengahku tak jua sirna
lalu kusebut cintaku padanya hanya persahabatan
tapi batinku meronta bak budak belian melepaskan himpitan
kau tau cinta dan sayang tak butuh jalan kecuali pengakuan
bukankah rasa itu perlu diakui agar ia menempati jiwamu dengan damai
maka berdamailah dengan rasamu sebelum ia meronta lalu lantakan jiwa
rasai, rasai saja cinta meski tak temukan bentuk dan rupa, rasai
sebab langit satu dan beri restu cintamu pada lelaki yang sembahyang di pura
untunglah, aku tak benar-benar menanyakannya pada bapakku
hanya pada si Angin Selatan yang selalu setia meski ia selalu mengelana
maka restu pun digulirkan olehnya, rasai, rasailah cintamu bisiknya padaku
sebab langit telah memberi restu, bukankah kau dan dia menatap langit yang sama
Oh gumaman cinta tengah malam. Betapa jalang...
(Sajak Ilalang Kepada Angin 5)