Fitrah berlari cepat di koridor rumah sakit. Kakinya terus melangkah menembus orang-orang yang berlalu lalang. Kamar nomor 247, itu tujuannya. Masih 20 meter lagi di depan Fitrah. Matanya sembab, menahan butiran bening yang hampir menetes membasahi pipinya. Tanpa permisi, cowok berkulit putih itu langsung membuka pintu kamar itu. Ia terdiam melihat sosok yang terbaring lemah di hadapannya. Ia berjalan pelan, mendekat ke arah sosok itu. Butiran bening di matanya yang ia bendung sejak tadi, tak mampu ia tahan lagi. Fitrah menangis. Lidahnya kelu menyaksikan cewek yang sangat ia sayangi terbaring lemah di hadapannya dengan kepala diperban kain putih dan slang infus tersambung di punggung tangannya. Hati Fitrah pedih. Rasa sesal membayangi seluruh batinnya. Sejam yang lalu, Fitrah masih bersama Zahra, cewek yang terbaring lemah itu. Meraka baru kembali ke Jakarta setelah berlibur di Bandung kemarin.