Yogyakarta, 1942. Kota ini tengah berada dalam guncangan akibat penjajahan Jepang, namun jalanan kota yang berdebu tetap ramai. Sore itu, sinar matahari yang terik menyinari deretan rumah-rumah tradisional yang sudah mulai pudar warnanya, dan di antara hiruk-pikuknya, Ayudhia Ratnasari berjalan menyusuri trotoar yang penuh dengan orang-orang pribumi yang bekerja untuk para kolonial. Pedagang kaki lima, buruh yang membawa barang berat, serta para pembantu rumah tangga berlarian menuju tujuan mereka masing-masing, sementara para Belanda tampak tenang di kendaraan mewah mereka.
KEMBALI KE ARTIKEL