Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Candaan Gus Miftah dalam Tinjauan Paradoks Marketing

5 Desember 2024   08:44 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:34 57 0
Gus Miftah, seorang kiai sekaligus penceramah populer di Indonesia, dikenal karena gaya dakwahnya yang unik, penuh humor, dan sering kali menggunakan candaan untuk menyampaikan pesan-pesan agama. Dalam konteks marketing, gaya komunikasi Gus Miftah ini bisa ditinjau dari sudut pandang paradoks marketing, yaitu penggunaan pendekatan yang terkesan bertentangan dengan norma untuk mencapai hasil yang justru lebih efektif.

Berikut adalah tinjauan mengenai candaan Gus Miftah dalam bingkai paradoks marketing:

1. Candaan Sebagai Alat untuk Menarik Perhatian

Paradoks pertama dalam marketing adalah bahwa humor atau candaan, yang mungkin dianggap kurang serius dalam konteks agama, justru menjadi alat yang sangat efektif untuk menarik perhatian audiens. Gus Miftah menggunakan gaya ini untuk:

* Membuat audiens merasa dekat: Humor meruntuhkan formalitas, sehingga pesan-pesan keagamaan terasa lebih relevan bagi audiens, terutama generasi muda atau mereka yang jauh dari lingkungan pesantren.

* Membangun daya tarik personal: Candaan Gus Miftah membuatnya menonjol dibandingkan penceramah lain yang mungkin menggunakan pendekatan serius.

2. Menggabungkan Religiusitas dengan Kehidupan Populer

Gus Miftah sering memasukkan elemen-elemen budaya populer dalam candaannya, seperti menyebut selebritas atau fenomena sosial yang sedang viral. Paradoksnya adalah:

* Menggunakan hal-hal duniawi untuk menyampaikan pesan spiritual: Dalam marketing, ini disebut "cultural relevance", yaitu kemampuan menyelaraskan pesan dengan konteks yang sedang tren.

* Menabrak batas konvensional: Banyak yang menganggap agama sebagai ranah yang sakral, namun Gus Miftah menggunakan pendekatan kasual, yang justru memperluas jangkauan dakwahnya.

Contoh: Candaan Gus Miftah tentang kehidupan selebritas tidak hanya menghibur tetapi juga membawa pesan moral yang relevan.

3. Kontroversi sebagai Strategi Branding

Dalam dunia marketing, kontroversi sering dianggap sebagai alat promosi efektif karena memancing diskusi publik. Gus Miftah memanfaatkan candaan yang terkadang dianggap "nyeleneh" untuk:

* Memicu rasa ingin tahu: Ketika candaan dianggap keluar dari norma, publik menjadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang pandangannya.

* Membangun identitas unik: Candaan kontroversial memberikan citra bahwa Gus Miftah adalah sosok yang berani dan berpikiran terbuka.

Namun, ini juga menimbulkan risiko, karena tidak semua audiens menerima humor dalam konteks agama.

4. Paradoks Kesederhanaan dan Kompleksitas Pesan

Humor Gus Miftah terlihat sederhana, tetapi di balik itu terdapat pesan yang kompleks dan mendalam. Dalam marketing, ini dikenal sebagai "simplicity paradox", yaitu:

* Menyampaikan pesan berat dengan cara ringan: Candaan memungkinkan Gus Miftah mengemas tema-tema serius, seperti akhlak atau keberagaman, tanpa terasa menggurui.

* Meningkatkan daya ingat pesan: Humor menciptakan kesan yang mendalam sehingga audiens lebih mudah mengingat pesan utamanya.

5. Dakwah sebagai Produk dengan Pendekatan Berbeda

Dalam tinjauan marketing, dakwah dapat dipandang sebagai produk atau layanan yang "dipasarkan" kepada masyarakat. Gus Miftah memosisikan dirinya sebagai "brand" dengan nilai-nilai:

* Inklusivitas: Humor mencerminkan keterbukaan kepada semua golongan, termasuk yang dianggap jauh dari agama.

* Fleksibilitas: Candaan menunjukkan bahwa agama bisa dikomunikasikan dengan cara-cara yang menyenangkan dan relevan dengan zaman.

Gus Miftah menggunakan humor sebagai bentuk paradoks dalam marketing dakwah, sesuatu yang terlihat sederhana, bahkan tidak serius, tetapi justru mampu menyampaikan pesan mendalam dan menjangkau audiens yang lebih luas. Paradoks ini menjadi kekuatan utama dalam membangun identitas dakwahnya sebagai inklusif, relevan, dan menyenangkan.

Namun perlu menjadi perhatian di tengah gempuran arus informasi keterbukaan saat ini, kita harus siap dalam menghadapi pertentangan maupun kiritik dalam menggunakan metode yang dianggap diluar kaidah masyarakat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun