Teman saya ini, perempuan, umur 44 tahun, dan masih single, berarti dia belum menikah.Seperti lazimnya orang, apalagi saya orang jawa, pasti agak tergelitik untuk bertanya, kok belum menikah?.Pertanyaan tersebut saya simpan dalam hati.Hingga di hari SeninĀ kemarin teman saya ada perjalanan dinas ke kota saya, dan kamipun membuat janji untuk ketemu, setelah 15 tahun yang lalu.
Sepulang kerja, disebuah Cafe yg tenang kami bertemu, senang sekali rasanya melihat teman saya ini, dia orangnya ramai,ramah,cantik dan smart looking banget. Setelah obrolan seru berlangsung hampir satu jam, akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya, mengapa dia masih belum menikah, secara semua syarat perempuan idaman ada pada dirinya.Dia tertawa, pertanyaan rutin katanya.Dan karena kita dulu memang dekat sebagai seorang teman dia bercerita tentang perjalanan hidupnya sejak 15 tahun yang lalu, ketika itu dia masih sebagai junior staff di sebuah Bank BUMN.Perjalan karier yang cukup berliku dan penuh perjuangan.Mengapa dia memilih masih sendiri, panjang lebar dia ceritakan. Bukannya dia tidak pernah mencoba, dia sudah pernah berpacaran dengan teman seprofesi, yang terjadi malah sama sama lelah dan akhirnya berakhir.Ketika teman saya ini berpacaran dengan seorang seniman, dia merasa nyaman di awal awal hubungan karena sang kekasih mengerti pekerjaannya dan bisa menjadi tempat ketika dia penat.Namun akhirnya harus berhenti karena terjadi kesenjangan materi dan pandangan hidup.Hingga beberapakali mencoba membina hubungan.hingga teman saya lelah, dan tersadar usia dia tidak muda lagi.Dan ketika dia dalam kesendiriannya, perasaan tenang dalam menjalani hidup dia rasakan.Tidak ada yang menegurnya ketika dia harus pulang malam, ketika harus menemani kliennya, bahkan ketika dia ingin hang out bareng teman temannya. Dia pikir, dia sudah sukses dengan usaha sendiri, bisa membeli properti,jalan jalan ke luar negri dan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa terbebani dan membebani orang lain.Dan menurut teman saya bahwa hidup itu pilihan, dan sendirian atau tidak menikah adalah pilihannya.
Obrolan makin seru,dan pilihan hidup sendiri, jadi topik utama malam itu.Sementara cerita hidup saya hanya standart saja menurutnya..bekerja sebagai staff lokal,ibu 2 anak, istri dosen pns..memang terasa biasa sekali bagi dia, tapi bagi saya, tiap saat saya nikmati sebagai anugrah.Karena pandangan hidupnya jelas berbeda jauh dengan saya.Tapi dia menghargai itu.Kalau melihat keadaan dunia saat ini, ditengah maraknya perceraian dari yang baru sebulan menikah hingga sudah berjalan puluhan tahun menikahpun ada yang bercerai.Juga ketika tuntutan ekonomi yang terasa makin sulit ketika kita harus menghidupi keluarga.Perkembangan sosial media makin marak sehingga rawan perselingkuhan.Dan saya biarkan teman saya berceloteh tentang kehidupannya di ibukota.tentang perjalanan hidup kami masing masing, seru karena cerita hidup kita yang sangat berbeda meskipun ujungnya adalah pilihan menuju bahagia.Saya bahagia bertemu teman saya ini dan bangga akan keteguhannya.Obrolan dari jam 5 sore hingga jam 8 malam (kata teman saya belum malam,hehehe).
Dalam perjalanan pulang saya jadi menghitung,teman teman saya yang memilih tetap single di usia sekitar 35 - 45 tahun, ternyata banyak juga.Dan rata rata mereka sukses di kariernya.Dan hampir semua perempuan.Jadi teringat ucapan teman saya tadi, menurutnya jaman sekarang bagi dia pernikahan atau lebih spesifik lagi laki laki adalah penghambat karier.Terlepas salah atau tidaknya teman saya sudah menjalaninya.
Malam itu, saya bahagia bertemu teman lama saya, bangga melihatnya sukses.
Malam itu, malam kemarin dan malam malam selanjutnya saya juga bahagia dengan pilihan hidup saya.