selain pengabaian
setelah upayaku merangkak dengan telapak berdarah-darah
lalu terus menggapai meski dengan lengan yang telah patah dan dada yang tinggal belulang
beringsut kearah suara kelembutan fatamorgana janjimu
menginjak dan mengibas ribuan detik diiringi jeritan biola tak berdawai
burung malam melintas...
bisu
hanya pekik tertahan dari runtuhnya langit kedamaian
petir berkilat dengan kedengkian yang nyaris purna
apakah lagi setelah penipuan yang membunuhku secara perlahan
sesaat abu, hitam. abu, hitam ....
menebal dan menebal
kini kesabaran menguntai
untuk satu titah panjang yang akan meledak di atas ketakberdayaan yang membara
akankah meleleh
akankah menjadi larva dingin yang melumar tanpa suara
ataukah serupa lahar nanah yag membuncah
api
api
api yang kau pantik
ditengah kegersangan yang rentan
dan lalu melahap semua cahaya yang tengah berproses menuju keputihan hakiki
habis,habislah
dan tinggaallah arang dan debu yang menggumpal menjadi kesumat tak terperikan
yang mestinya telah tersucikan
digerbang barzakh-Mu.